“Kami sih tidak punya sangka buruk, tapi fakta menyatakan demikian,” ungkap Wayan.
Di sisi lain, Wayan turut mengkritik format kelembagaan Satgas yang dinilai tidak ideal sejak awal.
Politisi PDI Perjuangan (PDIP) itu menyebut salah satu kelemahan utama adalah soal sumber daya manusia atau SDM yang diambil dari aparat aktif yang masih menjabat di institusi asal. Alhasil, kinerja mereka menjadi tidak fokus.
“Sekarang kita lihat sejak zaman Jokowi itu Satgas apa yang berfungsi dan berjalan efektif?” tuturnya.
Selain mendukung pembubaran Satgas Saber Pungli, Wayan juga mendorong Prabowo turut mengevaluasi satgas-satgas lain.
Termasuk Satgas Antimafia Tanah yang selama ini menurutnya juga tidak efektif.
Wayan khawatir banyaknya Satgas yang gagal atau tidak efektif itu akan berdampak pada ketidakpercayaan masyarakat secara luas terhadap seluruh inisiatif pemerintah. Sekalipun, ketika kelak dibentuk Satgas yang memang benar-benar dibutuhkan dan penting.
“Kalau terlalu banyak Satgas yang tidak berfungsi, masyarakat akan menganggap semua Satgas tidak berguna. Ini preseden buruk,” ujarnya.
Hapus Bayang-Bayang Jokowi
Pendapat serupa disampaikan Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farhan.
Ia menilai keputusan Prabowo membubarkan Satgas Saber Pungli warisan Jokowi tersebut sebagai langkah tepat, lantaran sudah tidak efektif.
Yusak juga melihat pembubaran Satgas Saber Pungli ini sebagai sinyal Prabowo hendak mengarahkan fokus pada agenda baru yang lebih terukur dan terintegrasi.
Salah satunya melalui Satgas Khusus Optimalisasi Penerimaan Negara yang baru dibentuk pemerintah.
“Prabowo bisa fokus untuk memperkuat Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara yang baru dibentuk dan mempercepat upaya-upaya reformasi fiskal,” ujar Yusak.
Di sisi lain, Yusak menyebut di balik pembubaran Satgas Saber Pungli, Prabowo tidak hanya sedang mempreteli regulasi warisan Jokowi.
Tetapi juga mulai mengamputasi ‘orang-orang’ Jokowi di kabinet atau lingkaran pemerintahan.
Apa yang dilakukan Prabowo mengganti ‘pemain’ dan ‘aturan’ itu, kata Yusak, hal yang wajar.
Prabowo sebagai penguasa sedang menata ulang agar jangkar-jangkar kekuasaannya bisa terdistribusi secara optimal.
“Pelan tapi pasti, prabowo sedang berupaya keluar dari bayang-bayang Jokowi,” ungkapnya.
Yusak menyebut untuk menghindari gesekan terbuka, Prabowo hingga saat ini memang sengaja tidak mengambil jalan frontal melalui reshuffle.
Tetapi mengambil jalan yang lebih halus dengan mengamputasi kekuatan dan kekuasaan orang-orang Jokowi di Kabinet Merah Putih seperti Erick Tohir, Bahlil Lahadalia, Tito Karnavian, dan Budie Arie.
“Jalan amputasi itu bisa dengan cara membuat regulasi baru yang memungkinkan Prabowo bisa lebih powerfull mengendalikan kekuasaan,” pungkasnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur