Gibran, AHY & Dialektika Kekuasaan: 'Menimbang Fungsi Wapres & Menteri di Negara Demokrasi'
Dalam beberapa bulan pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, publik melihat figur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tampil dominan di berbagai forum kenegaraan—baik nasional maupun internasional.
Dalam berbagai kesempatan, AHY bahkan tampil mewakili langsung presiden dan menyampaikan sikap resmi pemerintah Indonesia.
Contoh paling menonjol adalah ketika AHY mewakili Indonesia di Boao Forum for Asia Annual Conference 2025, salah satu forum ekonomi terbesar di kawasan Asia.
Di sana, AHY ditunjuk menjadi pembicara kunci dalam sesi High-Level Dialogue: Achieving Sustainable Development in a Transforming World.
Dalam forum ini, ia memaparkan komitmen Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan di tengah perubahan global dan tekanan geopolitik yang meningkat.
Tak hanya itu, pada 26 Mei 2025, AHY juga bertindak atas nama pemerintah Indonesia saat melepas kepulangan Premier Republik Rakyat Tiongkok, Bapak Li Qiang, yang telah melakukan kunjungan resmi selama tiga hari di Jakarta. Dalam pidatonya, AHY menyatakan:
Yang menarik, dalam dua agenda resmi kenegaraan tersebut, tidak tampak kehadiran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Teori Politik: Jabatan Tinggi Tak Selalu Berarti Peran Dominan
Dalam sistem presidensial modern, posisi Wakil Presiden bersifat konstitusional, namun sifat fungsionalnya sepenuhnya bergantung pada mandat Presiden.
Ini selaras dengan teori executive dualism, bahwa Presiden memegang kekuasaan penuh dan dapat mendelegasikan sebagian tugasnya secara fleksibel—baik kepada Wakil Presiden maupun Menteri.
Sementara itu, Menteri Koordinator, terutama yang memegang sektor strategis seperti pembangunan wilayah dan infrastruktur, adalah figur eksekutif aktif yang secara teknis mengendalikan lintas kementerian, sumber daya fiskal, dan jalur diplomatik dalam kerja sama ekonomi.
Dalam konteks ini, AHY menjalankan peran bukan karena privilege, melainkan karena fungsi struktural yang kuat dan penugasan resmi dari Presiden Prabowo.
Kehadirannya dalam forum internasional bukan hanya representatif, tetapi juga substantif—menjadi suara utama Indonesia di kancah global.
Kekuasaan Operasional: Siapa Bekerja, Siapa Diberi Tugas
Tidak munculnya Gibran dalam agenda-agenda besar tersebut bukan karena dikurangi peran, tetapi karena memang belum ditetapkan penugasan operasional yang spesifik.
Dalam struktur pemerintahan, fungsi mengatur kebijakan teknis dan diplomasi pembangunan tidak melekat pada jabatan Wakil Presiden secara otomatis, kecuali melalui delegasi.
Dalam literatur kelembagaan, kita mengenal istilah ministerial primacy: kekuasaan teknokratis sehari-hari lebih sering dijalankan oleh menteri, bukan Wapres.
Inilah mengapa AHY tampil aktif, sementara Gibran menjalankan fungsi protokoler dan simbolik dalam beberapa kesempatan terbatas.
Perspektif Islam: Kekuasaan Adalah Amanah Berdasarkan Fungsi
Dalam politik Islam, jabatan di pemerintahan bukan sekadar simbol posisi, melainkan tanggung jawab sesuai dengan kafa’ah (kompetensi) dan mandat.
Dalam perjanjian-perjanjian penting Islam awal, Rasulullah ? selalu mengutus orang yang paling memahami konteks tugasnya. Diplomasi negara dalam Islam adalah amanah, bukan panggung pencitraan.
Jika hari ini Menteri Koordinator seperti AHY mewakili pemerintah dalam pertemuan strategis, maka itu selaras dengan model amanah Islam: siapa yang punya tugas, maka dia yang bicara atas nama negara.
Fungsi Menentukan Peran, Bukan Pangkat
Perbedaan tampilan antara AHY dan Gibran bukanlah anomali. Ini adalah cerminan logika politik kelembagaan dalam sistem presidensial modern.
Gibran tetap Wakil Presiden secara sah, namun tidak serta-merta memiliki panggung diplomatik jika tidak ada penugasan.
Sedangkan AHY, melalui struktur dan mandat, telah dan sedang menjalankan fungsi negara secara aktif.
Dalam negara demokrasi modern, jabatan tinggi tidak selalu berarti peran dominan. Yang bekerja adalah yang ditugaskan, dan yang tampil adalah yang menjalankan. ***
Artikel Terkait
Geizs Chalifah Bongkar Mental Pecundang Abu Janda: Bacot di Belakang, Tapi Dongo di Depan Felix Siauw!
Mediasi Buntu, Kenapa Amuk Massa di Sukabumi Tak Terbendung? Ini Kronologi Lengkapnya!
Viral Warga Medan Rayakan OTT Anak Buah Bobby Nasution, Jalan Penuh Karangan Bunga
Papan Bunga Terima Kasih KPK Bermunculan Usai Kepala Dinas PUPR Sumut Topan Ginting Jadi Tersangka