Filosofi Aneh Jokowi: Seribu Musuh Terlalu Sedikit, Satu Kawan Terlalu Banyak

- Minggu, 03 Agustus 2025 | 16:25 WIB
Filosofi Aneh Jokowi: Seribu Musuh Terlalu Sedikit, Satu Kawan Terlalu Banyak


Filosofi Aneh Jokowi: 'Seribu Musuh Terlalu Sedikit, Satu Kawan Terlalu Banyak'


Oleh: Buni Yani


Jokowi memang tokoh yang sangat kontroversial, anti mainstream, dan sangat senang disorot media. Sein kanan belok kiri sudah menjadi trademarknya. 


Bagi kebanyakan orang, itu merupakan inkonsistensi dan bentuk kebohongan akut yang tidak bisa diobati. Tetapi bagi pengagumnya, itu adalah strategi politik yang halal.


Jokowi tidak henti-hentinya memperlebar area permusuhan. 


Setelah 10 tahun merusak republik dengan berbagai macam kebohongan dan kebijakan yang menyengsarakan rakyat, Jokowi bukannya tobat dan meminta maaf kepada rakyat, malah semakin menjadi-jadi menebarkan permusuhan dan membuat kerusakan.


Terakhir dia melontarkan pernyataan yang memicu perlawanan dari Partai Demokrat


Kata Jokowi, ada orang besar dengan agenda politik di balik semakin intensifnya penyelidikan mengenai ijazah palsunya. Relawannya memperjelas pernyataan Jokowi itu. 


Yang dimaksud adalah seorang tokoh dari partai berwarna biru yang ingin anaknya menggantikan Gibran menjadi wapres.


Pernyataan ini sudah secara spesifik mengarah ke SBY. Tidak ada tokoh lain dengan kriteria seperti demikian. 


Karena merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan, kontan kader-kader Partai Demokrat bereaksi keras. 


Kader partai berwarna biru itu menyerang balik Jokowi dan pendukungnya. Reaksi keras ini bukanlah hal baru. 


Dulu ketika Partai Demokrat mau direbut Moeldoko juga melakukan hal yang sama.


Perlawanan Partai Demokrat ke Jokowi sangat bisa dimengerti. 


Karena bila tuduhan Jokowi itu benar bahwa perkara ijazah palsunya yang sudah berbulan-bulan ini menjadi isu nasional adalah pekerjaan SBY, maka itu artinya Jokowi adalah korban kejahatan pihak lain. 


Bila Jokowi adalah korban, artinya Jokowi ingin mengatakan ijazahnya adalah asli. Ini murni perkara politik, bukan hukum.


Inilah logika yang coba dibangun oleh Jokowi dengan melibatkan dan memperluas konflik. Tetapi publik amat meragukan logika yang coba dibangun Jokowi. 


Aktivis Roy Suryo, Rismon Sianipar dan Tifauzia Tyassuma adalah orang-orang kampus dan alumni UGM yang datang dengan fakta yang sangat sulit dibantah.


Mereka datang dengan fakta, bukan dengan asumsi atau kebencian. 


Mereka melakukan pekerjaan akademik yaitu penelitian yang disertai bukti-bukti yang memang masuk akal, bukan agenda politik untuk menjatuhkan pihak tertentu. 


Ketiga peneliti itu melakukan hal yang wajar saja dalam dunia akademik. Tidak ada yang istimewa karena mereka menggunakan kaidah yang berlaku dalam dunia penelitian.


Bahwa kemudian Jokowi dan pendukungnya marah karena hasil penelitian mereka tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, itu di luar dari soal-soal akademik. Itu juga di luar dari yang mereka harapkan. 


Yang mereka tahu bahwa sesuai fakta yang mereka temukan, karena mereka semua adalah alumni UGM, ijazah dan skripsi Jokowi tidak tampak seperti asli UGM.


Reaksi Jokowi dan pendukungnya yang rata-rata bukan alumni UGM langsung menuduh hasil ini bermuatan politis untuk menjatuhkan Jokowi. 


Halaman:

Komentar

Terpopuler