Bersiaplah untuk kebijakan yang baru di pangkalan gas dekat rumah Anda.
Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil
Lahadalia, secara resmi mengumumkan kebijakan baru yang akan mengubah total
cara masyarakat membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kg atau si "gas
melon".
Mulai tahun 2026, setiap pembelian gas melon wajib menggunakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK).
Kebijakan ini, menurut Bahlil, adalah langkah tegas pemerintah untuk
memastikan subsidi yang selama ini digelontorkan dari uang negara
benar-benar sampai ke tangan yang berhak yakni masyarakat miskin dan rentan.
"Kebijakan ini akan berjalan untuk memastikan penyaluran subsidi tepat
sasaran dan betul-betul dinikmati oleh masyarakat miskin," ujar Bahlil dalam
keterangannya.
Dengan aturan ini, era di mana siapa saja bisa dengan bebas membeli gas
bersubsidi akan segera berakhir.
Data NIK pembeli akan langsung terhubung dengan data pemerintah, seperti
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), untuk memverifikasi apakah pembeli
tersebut masuk dalam kategori penerima subsidi atau tidak.
Tak hanya menegaskan kebijakan, Menteri Bahlil juga mengirimkan penegasan
yang sangat tajam dan lugas kepada kelompok masyarakat yang dianggap mampu
secara ekonomi.
Ia secara terbuka meminta kesadaran dari kelompok masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan tinggi untuk tidak lagi menggunakan gas melon yang jelas-jelas
diperuntukkan bagi warga miskin.
Bahlil bahkan menyebut secara spesifik kelompok yang ia maksud.
"Jadi ya kalian (Desil atas) jangan pakai LPG 3kg lah, Desil 8,9,10 saya
pikir mereka dengan kesadaran lah".
Sebagai informasi, desil dalam data ekonomi mengelompokkan penduduk menjadi
10 bagian.
Desil 8, 9, dan 10 adalah representasi dari 30% penduduk dengan tingkat
pengeluaran tertinggi atau kelompok orang kaya di Indonesia.
Pesan Bahlil ini adalah sebuah sindiran keras agar mereka yang mampu secara
finansial beralih ke LPG non-subsidi seperti Bright Gas 5,5 kg atau 12 kg.
Penerapan kebijakan ini tentu akan menimbulkan dampak luas.
Di satu sisi, pemerintah berharap dapat menghemat anggaran negara triliunan
rupiah yang selama ini "bocor" karena dinikmati oleh pihak yang tidak
berhak, termasuk restoran, hotel, hingga rumah tangga kelas menengah ke
atas.
Namun di sisi lain, kebijakan ini juga berpotensi menimbulkan tantangan di
lapangan. Masyarakat, terutama para pedagang kecil dan ibu rumah tangga,
harus beradaptasi dengan sistem baru ini.
Kelancaran proses verifikasi data NIK di pangkalan akan menjadi kunci utama
agar tidak terjadi antrean panjang atau bahkan kelangkaan bagi mereka yang
benar-benar berhak.
Namun reaksi netizen malah kebalikannya. Bahlil diharapkan netizen melakukan
evaluasi dan persiapan atas proses itu.
Bahkan jika masih tidak mampu, netizen menyarankan Bahlil untuk mundur dari
jabatannya.
Sumber:
suara
Foto: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memastikan komitmen Indonesia belanja
energi raksasa ini mencakup produk-produk vital seperti LPG, BBM, dan crude
oil. [Suara.com/M Yasir]
Artikel Terkait
Mahfud MD Tanggapi Isu Penangkapan Noel Rekayasa Jokowi
Disinggung Aliran Dana ke Ahmad Sahroni, Tersangka Abd Azis: Sehat-sehat
Mahfud MD Semprot Rektor UGM: Sudahlah, Jangan Mati-matian Bela Ijazah Jokowi!
Kepongahan Anggota DPR Bikin Rakyat Marah