Perairan panjang dan sempit ini memisahkan Mesir bagian barat dengan Semenanjung Sinai di timur.
Lebih penting lagi, Teluk Suez hanya memiliki kedalaman rata-rata 20-30 meter dan dasar yang relatif datar, sehingga penyeberangan lebih masuk akal.
Seperti yang terjadi pada 1789, Napoleon Bonaparte pernah memimpin pasukan berkuda menyeberangi bagian Teluk Suez saat air surut.
Namun, seperti pasukan Firaun, prajurit Napoleon hampir tersapu ketika pasang setinggi 3 meter tiba-tiba kembali memenuhi jalur itu.
Menurut Dr. Bruce Parker, mantan kepala ilmuwan di National Oceanic and Atmospheric Administration, Musa bisa saja menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut untuk melarikan diri.
"Musa pernah tinggal di padang gurun sekitar wilayah itu, ia tahu lokasi kafilah menyeberang saat air surut. Ia juga paham langit malam serta metode kuno untuk memprediksi pasang surut, berdasarkan posisi bulan dan fase purnamanya," kata Parker dalam tulisannya di Wall Street Journal.
Sementara itu, pasukan Firaun yang terbiasa dengan Sungai Nil yang tak berpasang surut, tidak mengetahui bahaya itu-hingga akhirnya mereka terjebak ketika air pasang kembali dengan cepat.
Bagi sejumlah ilmuwan, penyebutan angin kencang adalah kunci untuk memahami bagaimana Musa menyeberangi Laut Merah.
Profesor Nathan Paldor, pakar oseanografi dari Hebrew University of Jerusalem, menjelaskan ketika angin kuat bertiup ke selatan dari kepala teluk selama sekitar sehari, air terdorong ke laut, sehingga dasar yang semula terendam menjadi terbuka.
Perhitungan Profesor Paldor menunjukkan bahwa angin berkecepatan 65-70 km/jam dari barat laut dapat membuka jalur bagi bangsa Israel.
Jika angin seperti itu bertiup semalaman, ia bisa mendorong air surut hingga 1,6 km, menurunkan permukaan laut sekitar 3 meter, dan memungkinkan orang menyeberang di punggungan bawah laut.
Meskipun penjelasan ilmiah terdengar masuk akal, Drews menegaskan bahwa sebagai seorang Kristen, ia tetap meyakini kisah tersebut sarat dengan keajaiban.
"Bagi saya pribadi, sebagai seorang Lutheran, saya selalu percaya bahwa iman dan sains dapat berjalan beriringan. Sudah sepatutnya seorang ilmuwan menelaah aspek-aspek alamiah dari kisah ini," ujarnya.
Sumber: CNBC
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur