Guru Besar NTU Singapura Bongkar Pendidikan Gibran: MDIS Tak Keluarkan Ijazah, Hanya Jalankan Kurikulum Universitas Asing!

- Jumat, 03 Oktober 2025 | 17:35 WIB
Guru Besar NTU Singapura Bongkar Pendidikan Gibran: MDIS Tak Keluarkan Ijazah, Hanya Jalankan Kurikulum Universitas Asing!

Di sisi lain, politeknik di Singapura levelnya sejajar dengan sekolah menengah kejuruan atau SMK di Indonesia, dan jika tidak langsung bekerja, masih bisa lanjut kuliah ke universitas jika sudah lulus.


"Nah, kalau kita setarakan di Indonesia ya, Primary School setara dengan SD, Secondary School itu setara dengan SMP plus kelas 1 SMA. Yang selevel atau setara dengan SMA di Singapura ini adalah A Level tadi, Junior College. Sementara, Politeknik itu setara dengan SMK, sekolah kejuruan, baru kemudian mereka bisa masuk universitas," ujar Fikar. 


Sulfikar pun menjelaskan, di universitas tempatnya bekerja (NTU), mahasiswa baru yang diterima haruslah siswa yang lulusan A Level atau Junior College atau setara SMA.


"Nah, kebetulan saya itu sempat menjadi koordinator penerimaan mahasiswa baru di jurusan saya di NTU. Jadi, saya tahu gitu anak-anak yang masuk ke program kita itu dari mana saja, dan kita tidak pernah menerima mahasiswa lulusan O Level... harus A Level atau Junior College karena ini yang setara dengan SMA," jelasnya.


Kemudian, Sulfikar menambahkan bahwa ada istilah High School juga di Singapura yang tingkatannya setara dengan Junior College atau A Level alias sepadan dengan jenjang SMA di Indonesia.


"Nah, ada beberapa sekolah di Singapura yang menggunakan istilah High School, yang kalau kita setarakan sama dengan Junior College. Jadi, high school atau SMA itu setara dengan Junior College, dan mereka harus menyelesaikan pendidikan High School atau A level ini sebelum bisa mendaftar ke universitas," kata Fikar.


"Nah, memang kalau di NTU itu mayoritas yang masuk itu lulusan A Level, tapi ada juga yang lulusan Politeknik. biasanya kuotanya sekitar 15 sampai 20 persen dari penerimaan mahasiswa baru," sambungnya.


"Jadi saya punya juga mahasiswa yang lulusan politeknik dan biasanya mereka bagus-bagus gitu," tambahnya.


Bagaimana Bisa Masuk MDIS?


Setelah menjelaskan penyetaraan sekolah di Singapura dan Indonesia, Sulfikar pun menyoroti data pendidikan Gibran.


Khususnya masa sekolah di Orchid Park Secondary School, lalu ke pindah ke UTS Insearch Australia, dan kembali lagi ke Singapura menempuh studi di MDIS.


"Nah, kalau kita lihat rekam pendidikan dari Gibran ini, itu kan yang kalau kita merujuk ke informasi yang ada di KPU, itu kan dia menyelesaikan SD di Solo. Lalu, 2 tahun SMP di Solo," tutur Fikar.


"Asumsi saya, dia menyelesaikan kelas 7 dan 8, setelah itu dia transfer ke Orchid Park Secondary School Singapura. Jadi, kalau memang dia transfer, berarti dia menyelesaikan kelas 9 dan 10 di Orchid Park, dan ujungnya itu, dia mestinya mengambil ujian O Level," imbuhnya.


"Nah, setelah itu ya kita tahu, dia mencoba masuk ke UTS lewat Insearch itu kan, tapi kemudian dia kembali ke Singapura dan kuliah di MDIS," kata Fikar.


Ia menilai, kemungkinan Gibran justru tidak mengikuti tes A Level.


Dengan artian, menurut Fikar, jika memakai standar pendidikan di Singapura, Gibran tidak lulus pendidikan setara SMA yang seharusnya tidak memenuhi syarat untuk lanjut kuliah ke universitas.


Sehingga, akan terkesan janggal jika Gibran bisa melanjutkan studi ke MDIS.


Meski begitu, Sulfikar Amir tetap berpandangan diplomatis; bisa jadi ada syarat tertentu yang dipenuhi Gibran untuk masuk MDIS.


"Nah, jadi kalau kita lihat rekam pendidikan Gibran, kalau pakai standar Singapura, dia enggak menyelesaikan A Level, artinya tidak setara dengan SMA," ujar Fikar.


"Nah, saya enggak tahu ceritanya bagaimana, dia bisa masuk kuliah di MDIS. Mungkin ada syarat-syarat tertentu yang dia penuhi," sambungnya.


"Tetapi kalau [untuk] masuk ke NTU atau university di Singapura, itu enggak mungkin. Tidak mungkin, karena dia tidak menyelesaikan level yang setara SMA itu," paparnya.



Sumber: Suara

Halaman:

Komentar

Terpopuler