Purbaya bahkan mengkritik keputusan Danantara yang menempatkan sebagian besar dividen tersebut ke dalam surat utang pemerintah. "Saya sempat kritik, kalau dividen sebanyak itu malah ditaruh di obligasi pemerintah, lalu keahlian Anda apa?" ujarnya.
Menanggapi hal ini, Danantara berdalih bahwa penempatan dana di obligasi pemerintah bersifat sementara karena mereka belum sempat menjalankan proyek baru dalam tiga bulan terakhir.
APBN Bukan Jalan Keluar untuk Utang Whoosh
Purbaya kembali menegaskan sikapnya yang tidak akan berubah. "Saya sudah putus, tidak mau gunakan APBN untuk Whoosh," tegasnya. Sikap keras ini muncul setelah laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menunjukkan tekanan besar akibat beban utang proyek Whoosh.
Anak usaha KAI, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), tercatat mengalami kerugian signifikan, yakni Rp 4,19 triliun pada 2024 dan Rp 1,62 triliun di semester I-2025. Kondisi ini membuat Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menyebut situasi ini sebagai "bom waktu" dan menyatakan bahwa pihaknya sedang menyiapkan langkah bersama Danantara untuk mencari solusi.
Keputusan Purbaya untuk menolak penggunaan APBN dinilai sebagai langkah hati-hati untuk menjaga stabilitas fiskal dan kredibilitas pengelolaan dana publik. Danantara akhirnya berjanji akan mengkaji ulang usulan Menkeu dan meninjau kembali alokasi dividen agar lebih fokus pada proyek-proyek produktif.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur