Orang haji seperti ini menurut Gus Baha justru hebat di sisi Allah karena memberi untuk Islam memberi untuk haji.
"Sementara ada orang merasa bangga karena dihajikan negara. Dimana-mana memberi itu lebih baik ketimbang menerima," ujarnya.
Gus Baha bercerita pernah ditawari haji gratis oleh negara namun menolaknya.
"Saya pun pernah ditawarin haji gratis oleh negara, Saya pun suatu saat ya mau, tapi kalau saya mau memang haji itu butuh mufti, pemandu, butuh tahu sah tidak sah," kata dia.
Dengan niat untuk menjadi pemandu, maka ujar Gus Baha, tidak akan terlintas di benaknya rasa bangga karena dia membawa tanggung jawab.
"Kalau niatnya begitu ga sombong ke tetangganya, nggak sempat bangga, nggak sempat sesumbar, dia merasa punya tanggung jawab," kata Gus Baha.
"Tapi problemnya, rata-rata kelakuannya nggak seperti itu. seakan-akan keren karena dipilih negara. Jadi mikir, haji ditunjuk negara," tuturnya lagi.
Gus Baha tidak senang dengan model kiai yang bangga karena dihajikan negara.
"Hingga detik ini saya berkali-kali ditawari jadi pemandu haji, tapi hingga detik ini saya nggak mau. Tapi kapan-kapan saya mau karena saya nggak anti negara, saya juga nggak ekstremis. Tapi kita harus mendidik umat, biasakan, dilatih," ujarnya.
Menurut Gus Baha, jika biasa hanya mendapat, lama-lama hati menjadi kacau, jelek dan nanti keinginannya menuntut.
Sumber: lampung.suara.com
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur