Menurut dia, yang harus demokratis itu bukan hanya saat coblosan, tapi juga saat memunculkan kandidat calon pemimpin bangsa. “Itu tidak terjadi dalam pemilu kemarin. Kemunculan Gibran karena pendekatan kekuasaan, menutup peluang calon lain,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Teguh Takalepta mengaku sebagai kalangan anak muda, merasa kecewa dengan dicalonkannya Gibran pada kontestasi Pilpres 2024.
Teguh menegaskan, meski Gibran berusia muda namun sama sekali tidak mewakili generasi muda atau milenial. “Kami tidak pernah merasa Gibran mewakili kami kaum muda,” tegasnya.
Menurut dia, kaum muda justru harus mawas diri dan bisa belajar dari kasus ini. “Menjadi pemimpin bangsa itu tidak mudah. Perlu tempaan yang luar biasa agar bisa menjadi pemimpin seperti harapan rakyat,” katanya.
Sumber: kbanaews
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur