Ketika Prabowo Dipermalukan Oleh TKI: Aku Tak Akan Pulang ke Negeri yang Tak Memberi Harapan!

- Kamis, 20 Februari 2025 | 17:36 WIB
Ketika Prabowo Dipermalukan Oleh TKI: Aku Tak Akan Pulang ke Negeri yang Tak Memberi Harapan!


“Kurang nasionalis!” “Tidak cinta tanah air!” “Dasar pengkhianat!” Begitulah label yang sering disematkan kepada mereka yang memilih tinggal di luar negeri dan enggan kembali. 


Tapi mari kita renungkan sejenak: jika negeri ini benar-benar memberikan harapan, haruskah ada rakyat yang berpikir dua kali untuk pulang? 


Jika janji-janji pemerintah memang terasa nyata di kehidupan sehari-hari, haruskah ada rakyat yang lebih memilih menjadi warga kelas dua di negara orang daripada menjadi bagian dari kebangkitan nasional?


Pernyataan seorang WNI di luar negeri ini adalah refleksi pahit dari realitas yang tidak bisa ditutupi dengan baliho raksasa atau konferensi pers mewah. 


Ia mencerminkan betapa sulitnya kehidupan di negeri sendiri, di mana harga kebutuhan pokok melambung, lapangan pekerjaan seret, dan kebijakan seringkali lebih menguntungkan para oligarki daripada rakyat biasa. 


Ketika pemerintah sibuk membangun ibu kota baru, rakyat di kota lama masih berjuang mencari air bersih dan listrik yang stabil. 


Ketika pejabat berdansa dengan investor asing, buruh lokal masih digaji dengan angka yang bahkan tak cukup untuk membeli sepetak kontrakan di pinggiran kota.


Tapi tenang, kita bisa selalu menonton acara-acara televisi yang menunjukkan betapa indahnya Indonesia versi pemerintah. 


Kita bisa membaca berita yang penuh dengan angka-angka fantastis tentang pertumbuhan ekonomi, seolah-olah semua rakyat sudah hidup sejahtera. 


Dan jika semua itu tidak cukup, kita bisa mengikuti anjuran untuk berpikir positif. Toh, katanya “rakyat yang bahagia tidak banyak mengeluh.”


Jadi, untuk WNI yang berkata, “Saya tidak akan pulang ke negeriku yang tidak memberi harapan,” mungkin pemerintah bisa menawarkan solusi kreatif: hapus saja kewarganegaraannya! Dengan begitu, statistik kepuasan rakyat bisa sedikit lebih baik. 


Dan bagi kita yang masih bertahan di sini, mari bersiap-siap: barangkali dalam beberapa tahun ke depan, kita pun akan sampai pada kesimpulan yang sama. ***


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar

Terpopuler