Menariknya, dalam kesempatan yang sama, AHY juga menyentil Anies Baswedan terkait dinamika politik saat Demokrat masih berada di “Poros Perubahan.”
Demokrat merasa dikhianati ketika Anies tiba-tiba merangkul Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya, sehingga partai berlambang mercy itu kehilangan posisi strategis dalam koalisi.
Meski begitu, AHY menyebut bahwa Demokrat akhirnya diuntungkan dengan keputusan tersebut karena kini mereka mendapatkan kursi dalam Kabinet Merah Putih.
Keputusan Anies merangkul Muhaimin sempat mengejutkan banyak pihak, termasuk para pendukungnya dan Demokrat.
Kala itu, penulis sendiri merasa kecewa dan bahkan sempat menulis artikel berjudul “KPK Tidak Jadikan Muhaimin Tersangka: Anies Sosok Bajingan Tengik.”
Meskipun demikian, akhirnya tetap mendukung Anies karena ia masih dianggap sebagai figur yang paling dekat dengan gagasan perubahan.
Namun, yang paling krusial dari pernyataan SBY dan AHY dalam kongres tersebut adalah sinyal kuat yang juga diarahkan kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Dengan mengungkapkan pengalaman pahit di bawah pemerintahan Jokowi, SBY seakan memperingatkan Prabowo agar tidak mengulangi pola politik cawe-cawe yang dilakukan oleh mentornya itu.
Pesan ini menjadi semacam peringatan keras agar Prabowo tetap menjaga independensi partai-partai dalam koalisinya dan tidak menggunakan kekuasaan untuk mengintervensi dinamika internal partai lain. ***
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur