Bubarkan Ormas Yang Bersorban, Pelihara Ormas Yang Bertato!

- Senin, 26 Mei 2025 | 13:25 WIB
Bubarkan Ormas Yang Bersorban, Pelihara Ormas Yang Bertato!

Kita melihat standar ganda yang mencolok: kelompok berbasis agama dibubarkan dengan dalih keamanan, sementara kelompok berbasis kekuasaan atau kepentingan oligarki justru dipelihara.


Apakah ini karena HTI dan FPI merepresentasikan suara Islam yang kritis dan non-kooperatif terhadap kekuasaan? 


Apakah ini semata soal ideologi, atau sebenarnya karena mereka tidak tunduk pada patronase politik? 


Jika benar demikian, maka tindakan pembubaran itu tak lebih dari manifestasi ketakutan negara terhadap oposisi yang punya basis ideologis — terutama bila itu datang dari Islam.


Negara dan Otoritarianisme Terselubung


Dalam sistem demokrasi, pembubaran organisasi seharusnya hanya bisa dilakukan melalui mekanisme hukum yang adil dan transparan. 


Tanpa pengadilan, negara bukanlah penegak hukum, melainkan hakim yang sewenang-wenang. 


Ini adalah pengkhianatan terhadap prinsip due process of law — asas yang menjadi fondasi negara hukum modern.


Ketika negara membubarkan ormas karena perbedaan pandangan politik dan ideologi keagamaan tanpa memberi ruang pembelaan, maka yang hadir adalah wajah otoritarianisme terselubung. 


Demokrasi hanya tinggal slogan, sementara praktiknya menunjukkan sebaliknya: pengendalian, penghapusan, dan pembungkaman terhadap yang berbeda.


Penutup: Ancaman Bukan dari Ormas, Tapi dari Kuasa Tanpa Batas


Hari ini kita menyaksikan pembubaran ormas berbasis agama tanpa proses pengadilan. 


Besok, mungkin giliran organisasi lain yang berbeda pandangan dengan pemerintah. 


Kalau negara bisa begitu mudah membubarkan ormas karena alasan politis dan sentimen ideologis, maka tak ada jaminan bahwa kelompok lain — pers, LSM, bahkan partai politik — akan selamat dari perlakuan serupa.


Sejatinya, ancaman bagi republik ini bukan datang dari HTI atau FPI. 


Ancaman itu datang ketika negara merasa tak perlu lagi taat pada hukum dan prosedur, ketika rasa takut terhadap simbol agama lebih besar daripada komitmen pada konstitusi. 


Dan ketika itu terjadi, kita semua — apapun keyakinan dan afiliasi kita — sedang menuju jurang negara otoriter yang dibungkus dalam nama demokrasi. ***


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar