Kita melihat standar ganda yang mencolok: kelompok berbasis agama dibubarkan dengan dalih keamanan, sementara kelompok berbasis kekuasaan atau kepentingan oligarki justru dipelihara.
Apakah ini karena HTI dan FPI merepresentasikan suara Islam yang kritis dan non-kooperatif terhadap kekuasaan?
Apakah ini semata soal ideologi, atau sebenarnya karena mereka tidak tunduk pada patronase politik?
Jika benar demikian, maka tindakan pembubaran itu tak lebih dari manifestasi ketakutan negara terhadap oposisi yang punya basis ideologis — terutama bila itu datang dari Islam.
Negara dan Otoritarianisme Terselubung
Dalam sistem demokrasi, pembubaran organisasi seharusnya hanya bisa dilakukan melalui mekanisme hukum yang adil dan transparan.
Tanpa pengadilan, negara bukanlah penegak hukum, melainkan hakim yang sewenang-wenang.
Ini adalah pengkhianatan terhadap prinsip due process of law — asas yang menjadi fondasi negara hukum modern.
Ketika negara membubarkan ormas karena perbedaan pandangan politik dan ideologi keagamaan tanpa memberi ruang pembelaan, maka yang hadir adalah wajah otoritarianisme terselubung.
Demokrasi hanya tinggal slogan, sementara praktiknya menunjukkan sebaliknya: pengendalian, penghapusan, dan pembungkaman terhadap yang berbeda.
Penutup: Ancaman Bukan dari Ormas, Tapi dari Kuasa Tanpa Batas
Hari ini kita menyaksikan pembubaran ormas berbasis agama tanpa proses pengadilan.
Besok, mungkin giliran organisasi lain yang berbeda pandangan dengan pemerintah.
Kalau negara bisa begitu mudah membubarkan ormas karena alasan politis dan sentimen ideologis, maka tak ada jaminan bahwa kelompok lain — pers, LSM, bahkan partai politik — akan selamat dari perlakuan serupa.
Sejatinya, ancaman bagi republik ini bukan datang dari HTI atau FPI.
Ancaman itu datang ketika negara merasa tak perlu lagi taat pada hukum dan prosedur, ketika rasa takut terhadap simbol agama lebih besar daripada komitmen pada konstitusi.
Dan ketika itu terjadi, kita semua — apapun keyakinan dan afiliasi kita — sedang menuju jurang negara otoriter yang dibungkus dalam nama demokrasi. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Misteri Rintihan Minta Tolong di Gedung ACC Kwitang: Fakta Mengejutkan di Balik 2 Kerangka Manusia!
Pertemuan Rahasia Jonan dan Prabowo: Fokus ke 3 Program Ini, Bukan Utang Whoosh!
Budi Arie Bantah Arti Projo? Video 2018 Ini Bongkar Kontradiksinya!
Misteri Dipanggilnya Jonan ke Istana oleh Prabowo: Bahas Nasib Whoosh?