Wahabi Lingkungan dan Keberpihakan PBNU Pada Tambang

- Rabu, 18 Juni 2025 | 13:25 WIB
Wahabi Lingkungan dan Keberpihakan PBNU Pada Tambang


Mestinya mundur atau diberhentikan agar Jam'iyyah PBNU benar-benar menjaga lingkungan sebagaimana yang diajarkan oleh Gus Dur. Tapi hal itu tidak mungkin dilakukan.


PBNU hari ini dengan kentara menampilkan wajah elitis pengurusnya. Berkelindan dengan pemerintah. 


Atas dasar ingin menghidupi dan merawat Jamaah, mengambil konsesi tambang. Hingga akhirnya jadi Komisaris.


Kita warga NU di akar rumput malu. Di satu sisi, pengurus di tingkat ranting dan kecamatan sibuk membina ummat, rela menghadiri pengajian dan manaqiban dari tempat yang cukup jauh. 


Bahkan tak jarang untuk menghidupkan ranting dan MWC saja pengurus harus iuran setiap bulan. 


Di sisi lain, di tingkatan pusat, merusak alam dengan masuk menjadi salah satu Komisaris di PT. Gag. Sungguh memprihatinkan.


Sarjoko S. Salah satu pengurus di Seknas Jaringan Gusdurian Indonesia rela dicap sebagai Wahabi demi menjaga dan mendukung para pegiat lingkungan. 


Menurut laporan dari Greenpeace Indonesia dampak aktivitas tambang di Morowali membawa kerusakan luar dalam bagi bumi dan masyarakatnya. 


Untuk bernafas saja, warga harus berjibaku dengan ancaman ISPA akibat badai debu yang terus terbang. 


Studi lainnya menyebut dampak nikel di sejumlah pulau seperti Obi (Halmahera Selatan) dan Kabaena (Sulawesi Tenggara) membuat Air kencing masyarakat mengandung nikel dalam kadar di atas batas yang bisa ditoleransi oleh tubuh manusia.


Saya agak susah mencari alasan pembenaran kenapa pemerintah harus melakukan kegiatan ekstraktif tambang. 


Apakah memang untuk kebutuhan bahan baku dan energi di masa depan hanya akan diperoleh oleh tambang. 


Yang jelas-jelas kelihatan oleh mata kita, segala macam bentuk pertambangan hanya akan menyisakan kerusakan alam, limbah yang dihasilkan oleh tambang mengancam kehidupan manusia, menjadi sumber penyakit dan mendatangkan bencana alam.


Rasulullah SAW pernah bersabda: "Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah-lemahnya iman."


Dulu saya sering mendengar Gus Ulil sering menyampaikan hadist ini, sekarang malah berlawanan. 


Kemungkaran alam dipelihara. Bahkan yang membela di stempel Wahabi. Allah..


Setiap orang ada zamannya, setiap zaman ada orangnya, setiap periode pengurus PBNU ada masalahnya, dan masalahnya hari ini cukup menyadarkan kita memilih pengurus yang akan datang harus benar-benar memiliki kapasitas keilmuan yang cukup dan tidak keluar dari cita-cita para pendiri. Karena NU organisasi keagamaan bukan organisasi tambang. ***

Halaman:

Komentar

Terpopuler