Tak hanya itu, teknik serupa juga digunakan dalam kasus The Zinoviev Letter Hoax untuk meninjau ulang keaslian dokumen politik yang pertama kali muncul pada 1924.
Surat tersebut rupanya sempat diterbitkan oleh pers Inggris menjelang pemilu dan memicu krisis politik besar.
Menurut Rismon Sianipar dalam kasus tersebut, walaupun dokumen aslinya bersifat analog, namun salinannya dianalisis secara digital menggunakan pemindaian resolusi tinggi dan optical character recognition (OCR) untuk mengonversi teks ke format yang dapat dianalisis komputer.
Adapun dua kasus global lainnya yang dianalisis menggunakan forensik digital adalah The Protocols of the Elders of Zion dan Declaration of Independence Copy Hoax.
Pada kasus pertama, teknik forensik digital digunakan untuk membuktikan bahwa dokumen tersebut adalah hasil plagiarisme dan fabrikasi politik.
Meskipun dokumen aslinya bersifat analog dan muncul pada akhir abad ke-19 di Rusia, tetapi peneliti kontemporer memindainya menggunakan OCR untuk mengubah isi dokumen menjadi teks digital.
Sedangkan pada kasus kedua, forensik digital digunakan untuk menentukan keaslian dokumen analog yang diklaim sebagai salinan asli dari tahun 1776, di mana teknik yang digunakan adalah hyperspectral imaging yang dapat mengungkap karakteristik fisik tersembunyi dalam dokumen, seperti komposisi kimia tinta dan kertas hingga perubahan mikroskopis akibat penuaan alami.
Oleh karena itu, Rismon Sianipar pun meminta agar masyarakat tidak tergiring opini dan mencari tahu lebih lanjut.
👇👇
SELAIN KASUS IJAZAH JOKOWI, 5 KASUS BESAR DUNIA, DIGITAL FORENSICS BUKTIKAN DOKUMEN ANALOG PALSU!https://t.co/XRUPxGPBhQ pic.twitter.com/FFL3vnMgwb
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara