POLHUKAM.ID - Menyikapi kondisi 25 Agustus sampai dengan terakhir , Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), tidak diam-diam saja tapi seperti biasa kami belanja makalah dan diskusi.
Hal itu disampaikan dalam diskusi di Kantor KAMI, Jakarta, Jum’at 5/9/2025.
Deklarator KAMI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan kondisi ekonomi Indonesia sedang terpuruk, dengan kejadian aksi 25 Agustus kemarin rakyat marah akan menyusul krisis moneter kalau kita tidak hati-hati.
Kita sudah masuk finansial karena memang penerima negara 8,5 % PDB.
“Aksi ini murni dari dalam negeri. Karena itu hanya kemarahan publik yang rentetannya sudah panjang,” kata Gatot Nurmantyo.
“Dan sejak tanggal 18 Agustus di Jogja, KAMI sudah menceritakan ini semuanya bahwa di mana-mana dilakukan kemarahan-kemarahan publik, dibuat oleh Kabinet terimakasih yang intinya pembusukan terhadap Presiden seolah kebijakan semua oleh Presiden,” sambungnya.
“Dan kemarin itu hanya puncaknya saja,” ucapnya.
Gatot sebutkan Sri Mulyani lakukan pemangkasan anggaran dana daerah selama 10 tahun
“Itu yang saya katakan bahwa apa yang dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan pemangkasan dana daerah sampai 24%, dan selama 10 tahun paling redah, ini akan menyebabkan bom waktu, muncullah Pati dan lain sebagainya,” ungkapnya.
“Jadi bukan salah pemerintah daerah sebenarnya, tapi ini memang ya gimana pemerintah daerah untuk bayar gaji, ngga bisa,” imbuhnya.
“Yang dia punya cuma menaikkan pajak PBB retribusi,” ucapnya.
Gatot Nurmantyo kemarahan karena generationya tinggu hingga cepat bisa terbakar.
“Kemudian kenapa marah? Karena generasio sangat tinggi. Jadi itu mudah terbakar. Di Indonesia kan 3,8 tapi Jakarta 4 lho. Itu generasionya tinggi jadi mudah terbakar,” kata dia.
Dikemukakannya berdemokrasi diharapkan lebih baik namun apa yang terjadi sebaliknya karena kita melaksanakan kebijakan neoliberalisme selama 20 tahun.
“Mungkin waktu itu kamu membuat undang-undang yang neoliberalisme ya kan atau tidak, saya suntik dana sehingga tambah krisis berkelanjutan. Bisa jadi juga seperti itu,” katanya.
Kemudian yang menyedihkan lagi bahwa perbankan itu kredit 85% itu untuk pengusaha besar, UMKM cuma sekitar 15 %, ini yang membuat ini. (terjadi ketimpangan ).
Lalu yang membuat ekonomi tidak jalan lagi karena bank harus membeli surat hutang ke negara.
Seharusnya bank ini untuk pebisnis, sehingga ekonomi tidak jalan.
Dan yang lebih menyakitkan lagi dari 10% orang terkaya menguasai 49% kekayaan yang ada sisanya untuk rakyat kita.
“Jadi kita lebih neoliberalisme dari Amerika yang hanya 47%,” tandanya.
Lantas Gatot Nurmantyo menuturkan bayangkan negara kita yang hebat sehingga ekonomi kita seperti ini.
Apalagi kalau kita bicara soal tanah, PSN dll lebih sangat….sangat menyakitkan lagi.
“Saya pesimis bisa swasembada pangan. Soal tani, karena petani kita kebanyakan jadi buruh tani. Kalaupun bukan buruh tani, dia punya setengah hektar. Padahal logika berfikirnya untuk bisa bertani, petani butuh hidup minimal 2 hektar,” katanya.
Gatot Nurmantyo singgung soal pupuk beredar di luar petani.
“Lalu soal pupuk, petani diberi pupuk oleh pemerintah tetapi pemerintah membiarkan pupuk itu beredar maka pertanian dan perkebunan hanya bersebelahan dan perkebunan lebih kuat,” ujarnya.
“Maka subsidi tani ini diambil oleh perkebunan. Ini yang harusnya dari sejak awal menyelamatkan petani dll,” imbuhnya.
“Memasuki ke amuk massa. Pantas karena keluarkan kebijakan represif,” ujar Gatot Nurmantyo.
“Semuanya terjadi kontradiktif antara kehidupan masyarakat yang sulit lalu ada elit pamerkan hidup bermewah-mewah,” sambungnya.
“Maka saya dalam kesempatan ini ingin menyampaikan selamat kepada Bapak Jokowi yang bisa merusak negeri sangat luar biasa,” jelasnya tegas.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
BEM SI Kerakyatan Tantang Prabowo Bongkar Aktor di Balik Demo Yang Disebut Tindakan Makar
Hanya 6 Tuntutan Yang Dipenuhi DPR RI Dari 17+8, Ini Daftarnya!
Kejagung Harus Berani Usut Keterlibatan Jokowi di Kasus Korupsi Chromebook
Islam Bolehkan Umat Demonstrasi Asal untuk Kebaikan