"Semestinya itu diwujudkan agar polarisasi yang bersumber dari eksploitasi terhadap politik identitas secara berlebihan bisa teratasi," kata mantan aktivis HMI itu melalui layanan pesan, Selasa (28/6/2022).
Sebelumnya, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menggulirkan wacana duet Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk menghentikan polarisasi akibat Pemilu 2019. Sebab, Partai NasDem beranggapan Anies mewakili kubu agamis dan Ganjar merepresentasikan kalangan nasionalis sehingga keduanya perlu disatukan.
Kamhar melanjutkan bahwa menduetkan Anies dan Ganjar sebagai capres dan cawapres hanya jalan pintas menghentikan polarisasi akibat pesta politik.
Menurutnya, mewujudkan duet Anies dan Ganjar sebagai representasi dua kutub politik yang selama ini dihadap-hadapkan sebagai pengejawantahan politik identitas, sama saja dengan melanggengkan politik identas itu sendiri.
"Jadi, tidak menyelesaikan persoalan," tegas alumnus Universitas Hasanuddin, Makassar itu.
Selain peningkatan kualitas demokrasi, Kamhar menyinggung Presidential Treshold (PT) 20 persen yang perlu dihapus. Sebab, PT 20 persen menjadi akar munculnya permasalahan polarisasi.
"Jika ingin menyelesaikan eksploitasi politik identitas secara berlebihan ini dan sekaligus menjadi ikhtiar meningkatkan derajat dan kualitas demokrasi, ini (PT 20 persen) mesti ditinjau ulang," ujar dia.
Kamhar mengatakan banyak putra dan putri terbaik bangsa bisa menjadi kandidat capres dan cawapres di Pilpres 2024 apabila tidak ada kebijakan PT 20 persen. Menurut dia, banyaknya kandidat akan memunculkan narasi politik beragam. Termasuk, pasangan capres dan cawapres fokus menawarkan program kerja ke konstituen.
"Banyaknya kontestan juga akan meningkatkan kreativitas dan partisipasi publik yang berkontribusi positif sebagai pendidikan politik dan peningkatan kritisisme publik," ujar Kamhar.
Dia berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa berjuang menghapus polarisasi, agar kepala negara bisa dikenang sejarah sebagai sosok yang mampu menciptakan iklim demokrasi yang baik di Indonesia.
"Masih ada kesempatan memperbaiki setelah selama hampir dua periode demokrasi terpasung," pungkas Kamhar.
Sumber: m.jpnn.com
Artikel Terkait
Tuding Purnawirawan TNI Mau Kudeta, Eks Panglima Gatot ke Hercules: Kau Apa Jasanya Untuk Negara?
Roy Suryo Sebut Jokowi Masuk Perangkap, Ini Maksudnya!
Mutasi Anak Try Sutrisno Disorot Usai Isu Pemakzulan Gibran, Pengamat: Beraroma Politis yang Kuat
DPR RI Protes Rencana Dedi Mulyadi Sekolahkan Siswa Bermasalah ke Barak Militer