Kalau pun benar tembakkan itu diarahkan ke Anies, kata Saidiman, masalah itu sebenarnya tidak perlu dibesarkan. Menurutnya, setiap orang memiliki hak untuk dipilih dan memilih.
"Rasanya tidak bijak kalau tokoh yang pernah didukung tidak boleh berkompetisi," tegasnya.
Sekalipun itu harus melawan parpol dan tokoh yang membesarkan kepala daerah tersebut. "Politik itu dinamis. Gerindra tidak boleh membatasi kompetisi siapapun orangnya," terang dia.
Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno meminta Muzani tidak perlu menyesalkan fenomena "kacang lupa kulitnya". Karena yang dimaksud anak buah Prabowo itu bisa risiko ke partai.
"Jadi siap-siap saja partai itu dikangkangi dan ditinggalkan oleh orang-orang yang dibesarkan namanya," tegas Adi, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka.
Toh, ada peran partai juga yang membuat fenomena "kacang lupa kulitnya" menjamur. Misalnya, proses kaderisasi rendah, sehingga memaksakan untuk mengusung orang lain yang elektabilitasnya tinggi. "Istilahnya itu semacam nemu kader di jalan, potensial, elektabilitasnya kuat, lalu diusung," pekik Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.
Lebih lanjut, sejauh ini acuan politik di Indonesia bukan berbasis konstitusi dan etika. Cuma bermodal ketenaran lalu ketiban durian runtuh. "Jadi pernyataan Pak Muzani semakin menebalkan banyak pemimpin di negara ini dibesarkan partai, dan setelah itu partai ditinggalkan. Hanya sedikit saja yang istiqomah," tekannya.
Lebih kencang, dia mengungkapkan peran partai yang ada di Indonesia. Kata dia, partai itu hanya sebatas alat untuk merebut kekuasaan politik. Banyak pihak yang menganggap partainya tidak lagi menguntungkan, kemudian jadi kutu loncat. Ataupun ikut rombongan bedol desa.
"Artinya berlaku umum untuk siapapun. Bahkan di momen politik selanjutnya bisa saling berhadapan," pungkas dia.
Sumber: rm.id
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara