Namun, kata pria kelahiran Palembang itu, masyarakat punya tanggung jawab untuk mengawal proses pemilu jauh bisa terlaksana dengan adil.
“Saya mengatakan pemilu kita ini pemilu yamg becek, pemilu yang comberan, pemilu yang akan banyak money politics-nya, banyak kecurangan, banyak kekurangannya, banyak keterlibatan aparat, financial resources-nya, state aparat terlibat semua. Yakin saya dan itu sudah dimulai. Maka, walaupun demikian, karena kita menjadi bagian masyarakat yang bertanggung jawab, sedapat mungkin kita tetap mengawalnya menjadi pemilu yang jujur dan adil,” kata dia.
“Kita harus menjadi relawan-relawan untuk memastikan pemilu itu tidak curang, hasilnya adalah apa yang diputuskan oleh rakyat di bilik suara,” ujarnya.
Terakhir, Refly saat menjadi pembicara mengingatkan pimpinan kampus bisa netral dan jika pun berpihak tidak berdasarkan tekanan kekuasaan.
“Sekarang hati-hati, kampus akan diombang-ambingkan dengan kekuatan politik. Kalau bapak yakin netral, netral benar. Kalau berpihak, ya, sudah. Berpihak secara sehat. Berpihak, lah, dengan hati nurani dan akal sehat bukan berpihak kekuasaan dan uang serta tekanan dan takut kehilangan jabatan sebagai rektor,” tandas Refly.
Adapun, tokoh yang hadir dalam diskusi ialah para pakar hukum tata negara seperti Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar atau Uceng, dan Refly Harun. Diskusi yang sama juga dihadiri peneliti LIPI Ikrar Nusa Bakti, Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Usman Hamid, hingga budayawan Romo Magnis Suseno.
Sumber: kedaipena
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara