POLHUKAM.ID - Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi, melontarkan kritik tajam terhadap kondisi politik dan kepemimpinan nasional dalam analisis terbarunya yang berjudul “Macan Asia Dimakan Kodok Solo”.
Dalam kajiannya, Sutoyo menyoroti bagaimana Indonesia, yang pernah dijuluki Macan Asia, kini menghadapi tantangan serius akibat praktik politik yang dinilainya melemahkan negara.
Sutoyo Abadi menggunakan metafora Macan Asia untuk menggambarkan potensi besar Indonesia, terutama dalam hal ekonomi dan geopolitik di kawasan Asia.
Namun, menurutnya, kekuatan ini terancam oleh kebijakan politik yang lebih menguntungkan kelompok elite tertentu dibanding rakyat secara luas.
“Istilah Kodok Solo bukan tanpa alasan. Ini menggambarkan bagaimana kepemimpinan yang berasal dari Solo justru lebih banyak menggerogoti kekuatan bangsa daripada memperkuatnya,” ujar Sutoyo kepada redaksi SuaraNasional Jakarta, Sabtu (1/3).
Meski tidak secara eksplisit menyebut nama, banyak pihak menafsirkan bahwa kritik ini mengarah pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan dinasti politik yang berkembang di sekitarnya, termasuk putranya yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Dalam kajiannya, Sutoyo menilai bahwa kepemimpinan saat ini kurang berpihak kepada rakyat dan justru memperkuat oligarki politik serta kepentingan asing.
Ia menyoroti sejumlah kebijakan yang dinilainya tidak memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat, seperti ketimpangan ekonomi yang semakin melebar, ketergantungan pada investasi asing, serta pengelolaan sumber daya alam yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan nasional.
“Jika terus seperti ini, Indonesia akan kehilangan taringnya. Dari Macan Asia, kita bisa berubah menjadi negara yang lemah dan tidak lagi diperhitungkan di kancah internasional,” tegasnya.
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara