Sutoyo juga mengkritisi maraknya politik uang dan korupsi yang semakin mengakar.
Menurutnya, praktik ini tidak hanya merusak sistem demokrasi, tetapi juga melemahkan daya saing Indonesia di tingkat global.
“Kita melihat bagaimana kebijakan yang seharusnya untuk rakyat justru menjadi alat bagi segelintir orang untuk mempertahankan kekuasaan. Ini berbahaya dan harus dihentikan,” tambahnya.
Sementara itu, di media sosial, banyak netizen yang mendukung pernyataan Sutoyo dan menganggap bahwa kajian ini mencerminkan realitas politik yang sedang terjadi.
“Setuju! Indonesia harusnya semakin maju, bukan malah semakin dikuasai oligarki,” tulis seorang pengguna media sosial di platform X (sebelumnya Twitter).
Namun, tidak sedikit pula yang menganggap kritik ini berlebihan dan terlalu tendensius.
Kajian “Macan Asia Dimakan Kodok Solo” menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih kritis dalam melihat arah kebijakan nasional.
Sutoyo Abadi menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi dan politik di Asia, asalkan kepemimpinan yang ada benar-benar berpihak pada rakyat dan mengutamakan kepentingan nasional.
“Jika kita tidak segera melakukan perubahan, maka bukan tidak mungkin Indonesia benar-benar kehilangan statusnya sebagai Macan Asia,” tutup Sutoyo.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara