POLHUKAM.ID - Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan para konglomerat terkemuka Tanah Air layak diapresiasi karena memenuhi prinsip keterbukaan.
Sikap itu berbeda dengan apa yang dilakukan Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi presiden dahulu.
“Jokowi cenderung melakukan pertemuan dengan konglomerat secara tertutup. Akibatnya, muncul spekulasi negatif terhadap hubungan Jokowi dengan konglomerat,” kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga kepada RMOL, Sabtu 8 Maret 2025.
Selain digelar tertutup, pertemuan Jokowi dengan para konglomerat juga cenderung lebih dominan pada kepentingan pribadi, bukan semata-mata demi negara.
“Berbeda dengan Prabowo yang bertemu konglomerat di istana secara terbuka dinilai untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Setidaknya, pertemuan itu dinilai untuk memperbaiki ekonomi dan tenaga kerja di Tanah Air,” pungkasnya.
Pada Kamis, 6 Maret 2025, Prabowo bertemu 8 konglomerat Indonesia di Istana Kepresidenan. Mereka adalah pendiri Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan dan Anthony Salim; pemilik Grup Artha Graha, Tomy Winata; pemilik Adaro Boy Thohir; pemilik Lippo Group, James Riady; konglomerat Medco Energy, Hilmi Panigoro; bos Sinar Mas, Franky Oesman Widjaja; pemilik Barito Pacific, Prajogo Pangestu.
Prabowo kembali melakukan pertemuan dengan 8 konglomerat itu hari ini, Jumat, 7 Maret 2025. Dalam pertemuan di istana, hadir pula pemilik Trans Corp, Chairul Tanjung; pengusaha Indonesia Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam dan miliarder AS, Ray Dalio.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara