POLHUKAM.ID - Politikus senior PDIP, Beathor Suryadi, menyoroti keterlibatan Prof. Dr. Pratikno—mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM)—dalam membangun narasi Presiden Joko Widodo sebagai alumni terhormat kampus tersebut.
Menurut Beathor, citra akademik Jokowi tidak terbentuk secara alami, melainkan melalui proses penguatan simbolik oleh sejumlah tokoh kampus, termasuk Pratikno.
Ia menyebut, peran Pratikno dalam hal ini sangat sentral, bahkan sejak sebelum Jokowi duduk di pemerintahan.
"Pratikno sebagai rektor kala itu punya andil besar dalam mengangkat status Jokowi di lingkungan UGM," ujar Beathor, Senin 16 Juni 2025.
Beathor menilai bahwa rekam akademik Jokowi sejak awal menyisakan tanda tanya serius.
Salah satu contohnya adalah pernyataan Jokowi yang sempat menyebut Kasmudjo sebagai dosen pembimbing skripsi, namun belakangan dikoreksi menjadi pembimbing akademik—klaim yang dibantah langsung oleh Kasmudjo.
"Ini bukan soal sepele. Publik berhak tahu, karena narasi ini dibentuk jelang Pilpres 2014 dan terus dipertahankan hingga kini," ucapnya.
Isu paling krusial, menurut Beathor, adalah absennya skripsi Jokowi dalam arsip perpustakaan UGM.
Skripsi berjudul Studi Tentang Pola Konsumsi Kayu Lapuk di Industri Perkayuan di Surakarta tak ditemukan secara digital maupun fisik, termasuk tidak adanya lembar pengesahan, nama pembimbing utama, maupun catatan nilai ujian akhir.
“UGM seharusnya menjaga transparansi akademik. Tapi dalam kasus ini, malah muncul kesan menutupi,” kritik Beathor.
Ia bahkan melontarkan sindiran tajam, menyinggung adanya dugaan sebagian masyarakat bahwa dokumen akademik Jokowi tidak asli.
"Publik sampai menyebut Pasar Pramuka—tempat terkenal bikin ijazah palsu—sebagai rujukan. Ini menunjukkan betapa dalam krisis kepercayaannya," ungkapnya.
Beathor menambahkan bahwa bukan hanya reputasi pribadi Jokowi yang dipertaruhkan, tetapi juga nama baik UGM sebagai institusi pendidikan tinggi.
Ia merasa prihatin atas nasib Kasmudjo, akademisi yang justru mendapatkan tekanan setelah berani bicara terbuka.
"Pak Kasmudjo seharusnya dilindungi, bukan dibungkam. Ini soal etika akademik," tegasnya.
Untuk mengakhiri polemik ini, Beathor mendesak dilakukan audit akademik secara terbuka dan melibatkan lembaga independen.
"Kalau memang tak ada yang disembunyikan, kenapa takut dibuka ke publik?" ujarnya.
Menurutnya, warisan dua periode pemerintahan Jokowi akan terus dibayangi isu integritas jika polemik ini tak segera dijernihkan.
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara