Dunia digital merupakan perpanjangan konsep kewargaan yang selama ini sudah ada dan eksis di dunia nyata. Tambahan kata digital mengindikasikan setiap warga digital memerlukan keterampilan teknis untuk mengakses medium-medium penunjang komunikasi dan keterampilan berpikir kritis dalam mengelola informasi.
Sekarang ini penyebaran berita bohong atau hoax masih marak terjadi. Budaya malas membaca dan mengecek fakta dinilai menjadi penyebabnya.
"Mengapa orang masih percaya (hoax)? Kadang-kadang karena orang terlalu malas mengecek," kata Ketua Prodi Ilmu Komunikasi SGU, ASPIKOM, MAFINDO, Loina Lalolo Krina Perangin-angin saat Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Minggu (26/6), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Sebaliknya, lanjut dia, banyak orang masih mau menyebarkan hoax untuk mendapat keutungan berupa uang. Motif lain penyebaran hoax adalah politik, ideologi, kebencian, dan iseng.
Untuk mengecek apakah sebuah informasi hoax, masyarakat dapat langsung mengecek website Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan turnbackhoax yang dikelola Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO).
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid