“Pertama kali menggunakan vape karena diberitahu oleh teman. Awalnya tertarik karena katanya lebih hemat. Kalau merokok saya habis 1 bungkus per hari. Kalau vape hanya 1–2 likuid per bulan. Beli rokok bisa 800 ribu rupiah, sementara dengan vape saya hanya menghabiskan 150 ribu rupiah untuk satu likuid per bulan. Bisa hemat sampai ratusan ribu kalau pakai vape. Sekarang juga tahu kalau vape ternyata lebih rendah risiko,” kata Nino.
Beberapa studi membuktikan bahwa vape mempunyai risiko yang lebih rendah dari rokok konvensional. Hal ini disebabkan karena cara kerja vape yang menghasilkan nikotin dalam bentuk uap atau aerosol, serta minim kandungan berbahaya, seperti TAR, karena tidak melalui proses pembakaran. Nino juga mengaku tidak pernah merasakan pengalaman buruk selama beralih menggunakan vape.
“Pengalaman sejauh ini sangat nyaman menggunakan vape, karena sudah bisa mengurangi kebiasaan merokok. Tidak ada yang aneh-aneh. Tidak pernah ada saya dengar teman-teman vapers ada yang meledak unitnya. Semoga semakin banyak yang beralih kepada vape,” kata Nino.
Buka Akses
Diwawancarai secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Garindra Kartasasmita menilai saat ini produk tembakau alternatif bisa menjangkau semua segmen, dari menengah ke atas hingga menengah ke bawah. Tarif cukai tentu mempunyai pengaruh pada pertimbangan konsumen untuk membeli produk tembakau alternatif.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid