Tapi, rencana relokasi istana kepresidenan ini menghadapi keluhan bahwa mereka terburu-buru dan tidak realistis. Para kritikus mengatakan gerakan tergesa-gesa dari kantor-kantor pemerintah dapat merusak keamanan nasional dengan memusatkan terlalu banyak kekuasaan di satu tempat, menghabiskan terlalu banyak biaya, dan melanggar hak milik orang-orang yang tinggal di daerah tersebut.
Presiden Korea Selatan sebelum Yoo, Moon Jae-in, juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Yoon membuat keputusannya sebelum mendengar cukup banyak opini publik.
Ketika Moon menjabat pada 2017, dia juga berjanji untuk pindah dalam upaya menjauhkan diri dari pendahulunya yang dipenjara, Park Geun-hye, yang tumbuh di sana sebagai putri seorang diktator. Moon akhirnya membatalkan rencananya dan Park diampuni akhir tahun lalu.
Choi Jun-chae yang menjalankan pabrik di pasar tradisional dekat Rumah Biru menyesal melihat kantor kepresidenan meninggalkan lingkungannya. Namun, dia juga berharap relokasi itu akan meningkatkan bisnis lokal dengan mendatangkan lebih banyak turis.
"Di bawah pemerintahan (mantan Presiden) Lee Myung-bak, ada banyak protes, jadi sangat sulit untuk bepergian ke daerah ini. Mobil tidak bisa bergerak, jadi saya harus berjalan,” kata Choi.
Ribuan orang telah berkumpul di dekat Rumah Biru di masa lalu untuk demonstrasi massal dan pawai. Warga sekitar mengatakan mereka menderita kebisingan dan kemacetan lalu lintas.
"Saya berharap protes berkurang dan lebih banyak orang mengunjungi daerah itu. Namun (presiden) sudah lama di sini, jadi agak sedih juga," kata kepala toko roti populer di lingkungan itu Yoo Sung-jong.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid