Kedua, saat ini Indonesia sudah menjadi pemain utama, khususnya di Asia Tenggara, dalam pertumbuhan ekonomi digital. Sejumlah decacorn asal Indonesia menjadi pemain utama, sebut saja GoTo, Blibli, Traveloka, dan Tiket.com.
Tiga, menurut data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh delapan kali lipat, dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun pada 2030. Juga, sektor e-commerce, yang akan berperan penting dalam ekonomi digital di masa datang (2030). Lebih membanggakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh menjadi Rp24.000 triliun di tahun yang sama.Diakui Eko, saat ini perkembangan digital di dunia mengalami koreksi. Saham-saham Nasdaq (year-to-date), seperti Grab Holding, Uber, Amazon, Tesla, Apple, dan Microsoft, mengalami penurunan. Juga, saham Alibaba, Sea Limited, termasuk Twiter di pasar saham NYSE. Bahkan, Kakao Bank di Korea (KRX) juga turun sahamnya. Ini gejala saham dunia. Pengaruh bursa global ini tentu saja akan berdampak langsung ke perusahaan digital di Indonesia."Jadi, penurunan saham digital tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di global. Semua ini tak lain karena dunia dilanda inflasi tinggi, yang membuat suku bunga naik. Saham perusahaan yang mengalami koreksi di bursa Indonesia tidak hanya GoTo. Beberapa saham perusahaan e-commerce dan bank digital mengalami koreksi. Naik turunnya saham merupakan hal yang lazim di pasar saham. Bahkan, pengalaman Amazon baru membukukan laba setelah enam tahun dan menjadi listed company," terang Eko.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid