'Saya pikir saya memasuki dimensi lain' - orang-orang menceritakan pengalamannya saat 'ketindihan'

- Senin, 15 Mei 2023 | 08:30 WIB
'Saya pikir saya memasuki dimensi lain' - orang-orang menceritakan pengalamannya saat 'ketindihan'

"Bagi sebagian besar orang, itu adalah hal aneh yang mereka alami," kata Colin Espie, profesor kedokteran tidur di Universitas Oxford.

"Seperti berjalan dalam tidur– kebanyakan orang yang berjalan dalam tidur tidak pernah ke dokter. Ini adalah keingintahuan dalam keluarga, pokok pembicaraan."

Namun, bagi minoritas yang kurang beruntung, kondisi tersebut membuktikan lebih banyak ujian.

Penelitian Sharpless menemukan antara 15% dan 44% dari mereka yang mengalami kelumpuhan saat tidur mengalami "kesulitan yang signifikan secara klinis" sebagai akibatnya.

Masalah biasanya timbul dari bagaimana kita menanggapi kelumpuhan saat tidur, bukan dari kondisi itu sendiri. Pasien menemukan diri mereka terobsesi sepanjang siang tentang kapan momen berikutnya terjadi.

"Itu bisa menyebabkan kecemasan di awal dan akhir malam," kata Espie. "Anda menumbuhkan rasa khawatir. Ekspresi terburuknya berubah menjadi semacam serangan panik."

Dalam kasus yang paling serius, kelumpuhan tidur mungkin merupakan tanda narkolepsi– kondisi tidur yang lebih serius di mana otak tidak dapat mengatur pola tidur dan bangun, menyebabkan seseorang tertidur pada waktu yang tidak tepat.

Dokter mengatakan kelumpuhan lebih mungkin terjadi saat Anda kurang tidur karena pengaturan tidur Anda terpotong-potong.

Beberapa penderita juga merasa lebih mungkin mengalami hal itu saat berbaring telentang, meski penjelasannya tidak jelas.

Pendekatan yang paling umum untuk mengobati kelumpuhan saat tidur adalah pendidikan: pasien hanya diajari tentang ilmu di balik kondisi tersebut, dan diyakinkan bahwa mereka tidak dalam bahaya.

Terkadang digunakan suatu bentuk terapi meditasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi kecemasan pasien menjelang tidur, dan melatih mereka untuk tetap tenang saat kelumpuhan tidur menyerang.

Dalam kasus yang lebih serius, obat-obatan dapat dipertimbangkan– termasuk Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI), yang biasanya digunakan untuk mengobati depresi, tetapi memiliki efek samping menekan tidur REM.

Episode kelumpuhan saat tidur yang paling dramatis dan berkesan biasanya datang dengan halusinasi yang jelas.

Biasanya penglihatan nokturnal ini merupakan sumber ketakutan, tetapi para ilmuwan juga berpikir bahwa hal itu dapat memberi tahu kita hal-hal menarik tentang otak manusia.

Ketika Anda memasuki kelumpuhan saat tidur, korteks motorik otak Anda mulai mengirimkan sinyal ke tubuh, menyuruhnya bergerak.

Namun, otot lumpuh, sehingga otak tidak mendapat sinyal umpan balik sebagai balasannya.

"Ada ketidaksesuaian... diri hancur, terdegradasi," kata Jalal. Akibatnya, otak "mengisi celah", dan menciptakan penjelasannya sendiri mengapa otot tidak bisa bergerak.

Itu sebabnya begitu banyak halusinasi, yang melibatkan makhluk yang duduk di dada Anda atau menahan tubuh Anda.

Ini memperkuat gagasan, yang populer di kalangan ilmuwan evolusi, tentang otak manusia sebagai "mesin pendongeng".

Kita berjuang untuk menerima kenyataan bahwa sebagian besar dunia ini acak, jadi otak kita menyusun narasi dramatis dalam upaya menemukan makna di dunia.

Christopher French, kepala unit penelitian psikologi anomali di Goldsmiths, University of London, telah menghabiskan lebih dari satu dekade berbicara dengan orang-orang di seluruh dunia yang pernah mengalami halusinasi ini, dan merekam apa yang mereka lihat.

"Ada tema-tema umum, tetapi ada juga sejumlah besar keistimewaan, variabilitas," kata French.

Beberapa halusinasi sulit untuk dijelaskan– dan bahkan sangat aneh.

Selama bertahun-tahun French telah mencatat penampakan kucing hitam yang tampak menyeramkan, dan seorang pria yang dicekik tanaman.

Yang lain jauh lebih umum dan tampaknya sangat dipengaruhi oleh budaya.

Di Newfoundland Kanada, adalah hal biasa untuk melihat "Old Hag" duduk di dada Anda.

Orang Meksiko melaporkan "orang mati" terbaring di dada mereka, sementara St Lucian berbicara tentang "kokma", jiwa anak-anak yang belum dibaptis, mencekik mereka saat tidur.

Orang Turki menggambarkan "Karabasan" – makhluk hantu yang misterius. Orang Italia sering berhalusinasi tentang penyihir.

Ini memperkuat gagasan tentang manusia sebagai makhluk yang sangat sosial, sangat dipengaruhi oleh budaya dan ekspektasi.

Dalam serangkaian penelitian, Jalal membandingkan gejala di Denmark dan Mesir, di antara sukarelawan dengan distribusi usia dan jenis kelamin yang sama.

Dia menemukan jurang budaya dalam bagaimana kelumpuhan saat tidur dimanifestasikan.

Orang Mesir jauh lebih mungkin mengalami kelumpuhan saat tidur dibandingkan orang Denmark (44% dibandingkan dengan 25%), dan cenderung lebih mendukung penjelasan supranatural.

Para relawan di Mesir yang percaya pada hantu juga mengalami kelumpuhan yang lebih lama.

Teori Jalal adalah bahwa ketakutan akan hal-hal gaib membuat orang lebih takut akan kelumpuhan saat tidur, dan kecemasan ini membuat fenomena tersebut lebih mungkin terjadi– sebuah demonstrasi perpaduan yang erat antara pikiran dan tubuh kita.

"Ketika Anda mengalami kecemasan dan stres, pengaturan tidur Anda akan menjadi lebih terbagi-bagi, sehingga Anda lebih mungkin mengalami kelumpuhan tidur," katanya.

"Misalkan nenek Anda memberi tahu Anda, 'Makhluk itu terlihat seperti ini, ia datang pada malam hari dan menyerang Anda'. Dan karena ketakutan ini, [Anda] sangat terangsang, pusat ketakutan di otak Anda sangat waspada. Dan lihatlah, selama tidur REM Anda merasa, 'Oh, ada yang salah, saya tidak bisa bergerak, makhluk itu ada di sini'.

"Sepertinya budaya benar-benar dapat menciptakan efek yang mencolok ini."

Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul Why some people wake up unable to move dapat anda baca di BBC Future.

Sumber: bbc.com

Halaman:

Komentar