Dalam pernyataan resminya sebelumnya, Associate Director of Communications McDonald's Indonesia, Meta Rostiawati, berusaha meredakan kontroversi dengan menyatakan, "Kami sangat prihatin dengan situasi yang tengah terjadi di Timur Tengah dan kami memahami kepekaan isu ini di Indonesia."
Dia menegaskan bahwa McDonald's Indonesia adalah entitas yang beroperasi sepenuhnya secara independen. "Kami adalah perusahaan swasta nasional dengan lebih dari 16.000 tenaga kerja lokal, dan kami tidak terlibat dalam keputusan politik atau operasional dari McDonald’s Corporation secara global," lanjutnya.
Bagaimanapun, berdiri di antara tekanan publik dan kebutuhan bisnis, McDonald's Indonesia berada di persimpangan jalan. Sepertinya, pernyataan resmi saja tidak cukup untuk mengatasi krisis kepercayaan ini.
Isu ini memang berimplikasi lebih dari sekedar masalah bisnis semata; ia menjadi ujian integritas dan etika perusahaan dalam menghadapi isu global yang sarat dengan kepekaan politik dan sosial. Tantangan berikutnya adalah bagaimana McDonald's Indonesia dapat memulihkan kepercayaan publik, sementara tetap menjaga integritas dan nilai-nilai perusahaan.
Statement of McDonald's Indonesia posted on IG, Oct 23, doesn't even mention the word Palestine, let alone Gaza.
They refer to the genocide happening in Gaza as "recent conflict escalation in Middle East", in the first sentence of the statement.
Shame on you, @McDonalds_ID! pic.twitter.com/FjhgPZdlbXSumber: inilah
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid