Pengamat komunikasi politik yang lulus magister di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu menganggap Ganjar-Mahfud tidak punya visi yang jelas untuk ditawarkan kepada masyarakat.
Tidak seperti pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, yang mengusung visi Perubahan.
Atau pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mengusung keberlanjutan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Ganjar-Mahfud mau menanggalkan tagline keberlanjutan dan mengusung perubahan juga tak akan berpengaruh banyak. Sebab isu 'Perubahan' sudah dikapling oleh Anies-Muhaimin," tutur Biran.
"Pun (kalau) mau kembali mengusung tagline 'Keberlanjutan', sudah terlanjur vulgar menyerang Jokowi," sambungnya menegaskan.
Karena itu, pria kelahiran Sulawesi Tenggara itu meyakini elektabilitas Ganjar-Mahfud akan merosot jika terus menggunakan strategi komunikasi politik yang menyerang lawan.
"Yang harus dilakukan sebenarnya adalah memainkan tagline Keberlanjutan dan Perubahan secara proporsional, tanpa menyerang pihak manapun, dengan fokus pada kelebihan dan kekuatan program, gagasan, figur dan politik gotong royong," tandas Biran.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid