polhukam.id - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiai Muhyiddin, angkat bicara terkait pernyataan kontroversial Zulkifli Hasan dalam sebuah acara yang menyinggung tentang keengganan sebagian warga dalam bacaan amin saat salat, serta pemakaian jari saat pelafalan tahiyat.
Pernyataan tersebut, menurut Kiai Muhyiddin, menunjukkan indikasi upaya penistaan agama demi kepentingan politik.
Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan, memaparkan situasi yang menggambarkan kelompok yang, menurutnya, enggan mengucapkan amin saat salat atau menggunakan telunjuk pada tahiyat karena terpengaruh fanatisme politik.
Ia bahkan merinci tentang warga yang tak menggunakan satu telunjuk pada tahiyat namun mengulurkan dua jari sebagai ekspresi dukungan politik.
Baca Juga: Hore! Pemerintah Berikan 7 Hak Ini untuk PPPK, Makin Setara dengan PNS?
“Jadi kalau sholat maghrib, baca Al Fatihah, ada yang diam sekarang Pak, saking cintanya sama Pak Prabowo, itu kalau Tahiyatul akhir Pak Kiai, kan tangannya gini (sambil menunjukkan jari telunjuk), sekarang banyak yang gini pak (menunjukkan dua jari),” ungkap Zulkifli Hasan di Rakernas APPSI 2023.
Kiai Muhyiddin menilai bahwa pernyataan tersebut masuk dalam kategori penistaan agama dan bagian dari usaha merendahkan serta memanfaatkan agama untuk kepentingan tertentu.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid