Akselerasi Pemulihan, Digitalisasi dan Ekonomi Hijau jadi Kunci

- Minggu, 15 Mei 2022 | 00:30 WIB
Akselerasi Pemulihan, Digitalisasi dan Ekonomi Hijau jadi Kunci

"Tema tahun ini mengusung ekonomi hijau. Saya ingin mengingatkan karena kata hijau ini seringkali tidak dipahami, disangkanya hanya mendaur ulang," kata Kang Emil.

Padahal, definisi hijau adalah aktivitas manusia yang rendah karbon. Ia menilai, saat ini gaya hidup masyarakat terbilang boros karbon karena masih mengandalkan bahan bakar bensin yang didapat dengan cara mengeruk perut bumi.

Volume karbon berlebih mengakibatkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini membuat cuaca tak menentu dan sulit diprediksi, sehingga mengancam ketahanan pangan.

"Karbon berlebih membuat cuaca menjadi tak menentu, maka panen susah diprediksi dan bisa mengancam ketahanan pangan. Potensi tsunami juga menjadi tinggi," jelasnya.

Gaya hidup hemat atau rendah karbon harus selalu diterapkan oleh para pelaku UMKM. Kang Emil menuturkan, gaya hidup hemat karbon ini bisa dimulai dengan memilih bahan baku lokal.

"Kalau bisa upayakan bahan baku lokal daripada beli impor. Itu sudah menghemat karbon," katanya. Penjualan produk pun supaya dimaksimalkan terlebih dulu untuk pasar lokal. Misalnya, produk UMKM dari Bogor bisa memprioritaskan di pasar Jabodetabek yang dapat menghemat penggunaan karbon.

"Jadi untuk ekonomi hijau, mari maksimalkan kekuatan lokal, resources-nya lokal, jualan di level lokal, dan kalau bisa energinya juga energi hijau, yaitu memanfaatkan panas bumi, energi matahari, air, angin, dan sebagainya," ungkapnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpW) Jawa Barat, Herawanto mengatakan dalam rangka mendukung ekosistem ekonomi digital Karya Kreatif Jawa Barat dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (KKJPKJB) 2022, pihaknya menerapkan digital payment dalam melakukan transaksi yaitu dengan menggunakan kartu debit, kartu kredit ataupun QRIS sehingga pengunjung juga didorong untuk menikmati QRIS experience.

Sumber: republika.co.id

Halaman:

Komentar