General Manajer Relx Indonesia,Yudhistira Eka Saputra, mencontohkan trend saat ini dimana konsumen generasi milenial sudah beralih ke produk kekinian seperti Relx yang awareness terhadap teknologinya tinggi.
"Intinya kami tidak menciptakan perokok baru tapi untuk mengurangi resiko berbahayanya merokok konventional," kata Yudhistira.
Pihaknya mempunyai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan pabrik untuk menyediakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa, yang memiliki keinginan untuk berhenti.
Dosen & Peneliti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Amaliya, pun ikut menyatakan bahwa sudah ada data Public Health England menyebutkan lebih dari 90% rokok elektrik lebih tidak berbahaya bagi kesehatan daripada rokok konvensional.
"Kondisi itulah yang mendorong kami meningkatkan kehidupan perokok yang merasa sulit untuk berhenti merokok dan merancang produk yang memungkinkan mereka mengadopsi alternatif yang lebih baik," ujarnya Yudhi.
Menggunakan kekuatan teknologi dan desain dengan pendekatan yang berpusat pada manusia, pihaknya memberikan pengalaman produk dan pelanggan yang terbaik.
"Relx mengoperasikan lab standar CNAS pertama yang dimiliki oleh merek rokok elektronik independen. Berlokasi di Shenzhen, China, lab tersebut menerapkan standar industri paling ketat di dunia untuk produk rokok elektrik," katanya.
Sementara itu, Relx Indonesia pun menggandeng KONVO yang merupakan representasi resmi komunitas pengguna rokok elektrik sepakati beberapa kerjasama di tahun 2022 ini.
Hal itu diungkapkan Yudhistira Eka Saputra, General Manager Relx Indonesia dan Hokkop T I Situngkir, Ketua Konvo, dalam webinar yang diselenggarakan oleh RELX bersama dengan APPNINDO dan Konvo berjudul “Cigarette VS e-Cigarette'' di Jakarta.
Roy mengatakan di tahun 2022 ini APPNINDO akan melakukan fokus pada beberapa hal yang juga akan didukung oleh Relx dan Konvo.
Diantaranya meningkatkan kesadaran seluruh elemen masyarakat akan kategori Rokok Elektrik (RE) dan Hasil Pengolahan Tembakau lainnya (termasuk memberikan advokasi perbedaan karakteristik dan profil risikonya).
Program lainnya lanjut keduanya adalah mengadvokasi diterbitkannya kebijakan untuk Rokok Elektrik (RE) dan HPTL berdasarkan kajian profil risiko serta mengacu pada kajian ilmiah.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid