Jumlah korban tewas di Gaza telah meningkat menjadi 7.650 orang, sebagian besar adalah warga sipil, sejak pemboman Israel dimulai tiga minggu lalu.
Di tempat lain di Eropa, orang-orang turun ke jalan di Kopenhagen, Roma dan Stockholm.
Beberapa kota di Perancis telah melarang unjuk rasa sejak perang dimulai, karena khawatir hal tersebut dapat memicu ketegangan sosial. Namun meskipun ada larangan di Paris, unjuk rasa kecil tetap terjadi pada Sabtu (28/10). Beberapa ratus orang juga melakukan unjuk rasa di kota selatan Marseille.
Ada dukungan dan simpati yang kuat terhadap Israel dari pemerintah Barat dan banyak warga negara atas serangan Hamas, namun tanggapan Israel juga memicu kemarahan, khususnya di negara-negara Arab dan Muslim.
Di Malaysia, sejumlah besar demonstran meneriakkan slogan-slogan di luar Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur.
Di hadapan ratusan ribu pendukungnya di Istanbul, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengatakan Israel adalah penjajah, dan mengulangi pendiriannya bahwa Hamas bukan organisasi teroris.
Warga Irak ikut serta dalam unjuk rasa di Bagdad dan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Sementara pengunjuk rasa Palestina di Hebron menyerukan boikot global terhadap produk-produk Israel.
Di ibu kota Selandia Baru, Wellington, ribuan orang yang memegang bendera Palestina dan plakat bertuliskan "Bebaskan Palestina" berbaris menuju Gedung Parlemen.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak