Pengakuan Tentara Rusia yang Menolak Bertempur: Saya Kira Kami Adalah yang Paling Hebat di Dunia

- Senin, 06 Juni 2022 | 11:20 WIB
Pengakuan Tentara Rusia yang Menolak Bertempur: Saya Kira Kami Adalah yang Paling Hebat di Dunia

Keluhan Sergey bahwa pasukan Rusia kurang perlengkapan juga mengemuka dalam percakapan telepon yang disebut-sebut berlangsung antara prajurit-prajurit Rusia dan keluarga mereka.

Rangkaian pembicaraan itu disadap dan diunggah ke internet oleh badan intelijen Ukraina.

Pada awal April, Sergey kembali dikirim ke kamp pasukan Rusia dekat perbatasan. Para serdadu telah ditarik dari bagian utara Ukraina dan tampak berkumpul untuk bersiap melakukan serangan di bagian timur.

Belakangan dia menerima perintah untuk kembali ke Ukraina, namun kali ini dia mengatakan kepada komandannya bahwa dirinya tidak siap dikirim.

"Dia berkata itu pilihanmu. Mereka bahkan tidak [mencoba] membujuk kami, karena kami bukanlah yang pertama [menolak]," papar Sergey kepada BBC. Namun, dia khawatir dengan reaksi unitnya sehingga dia memutuskan mencari konsultasi hukum.

Seorang pengacara mengatakan kepada Sergey dan dua koleganya yang juga menolak dikirim ke Ukraina untuk memulangkan senjata dan kembali ke markas unit. Mereka kemudian harus mengirim surat yang menjelaskan bahwa mereka "lelah secara moril dan psikologis" sehingga tidak bisa bertempur di Ukraina.

Sergey diberi saran bahwa kembali ke unitnya merupakan hal penting karena langsung pergi tanpa pemberitahuan bisa digolongkan sebagai desersi dan dia dapat dihukum penjara selama dua tahun.

Pengacara hak asasi manusia di Rusia, Alexei Tabalov, menggarisbawahi sebuah klausul dalam hukum militer yang membolehkan serdadu menolak bertempur jika mereka tidak ingin melakukannya.

Namun, para komandan berupaya mengintimidasi para prajurit kontrak agar mereka tidak kembali ke unit, menurut Tabalov.

Sergei Krivenko, pengacara HAM lainnya, mengaku belum tahu apakah ada hukuman yang dijatuhkan kepada para serdadu yang menolak bertempur.

Meski begitu, bukan berarti tiada upaya mendakwa para prajurit tersebut.

Seorang komandan di bagian utara Rusia meminta kasus pidana digelar di pengadilan untuk menjerat bawahannya yang tidak mau berperang di Ukraina. Namun, seorang jaksa militer menolak melanjutkan kasus itu, sebagaimana tertera dalam beberapa dokumen yang dilihat BBC.

Gugatan semacam itu tergolong "prematur" lantaran tanpa meninjau mudarat yang ditimbulkan prajurit terhadap dinas militer, kata jaksa militer tersebut.

Meski rencana gugatan itu gugur, tidak ada jaminan bahwa gugatan serupa tidak akan mengemuka di masa mendatang.

Serdadu-serdadu seperti Sergey yang menolak kembali ke garis depan bukanlah hal unik, menurut Ruslan Leviev selaku editor Conflict Intelligence Team, tim media yang menyelidiki pengalaman militer Rusia di Ukraina melalui wawancara rahasia dan menelisik materi sumber terbuka.

Leviev berkata timnya mengestimasi terdapat prajurit kontrak Rusia dalam jumlah signifikan yang dikerahkan untuk bertempur pada masa awal invasi ke Ukraina menolak dikirim lagi.

Media independen Rusia juga melaporkan ratusan kasus serdadu yang menolak dikirim lagi ke Ukraina sejak awal April.

Beberapa pengacara dan pegiat HAM yang diwawancarai BBC mengatakan secara regular memberikan konsultasi kepada para prajurit yang berupaya menolak kembali ke Ukraina.

Setiap orang yang kami wawancarai telah menangani puluhan kasus. Mereka meyakini prajurit-prajurit itu juga membagi saran kepada kolega-kolega mereka.

Kembali ke Sergey. Meskipun dia tidak ingin kembali bertempur di garis depan, dia tetap ingin menuntaskan dinas militer di Rusia guna menghindari konsekuensi tak diinginkan.

Akan tetapi, walau surat penolakan bertempur di Ukraina telah diterima, tiada jaminan dia tidak akan dikirim lagi ke Ukraina selama dirinya masih menjadi tentara Rusia.

"Saya bisa melihat bahwa perang ini berlanjut, tidak akan berhenti. Dalam bulan-bulan yang tersisa ini [wajib militer], apa pun—termasuk yang terburuk—bisa terjadi."

Sumber: suara.com

Halaman:

Komentar

Terpopuler