Ataukah karena ia sedang mendekati garis api, tempat ijazah palsu bukan sekadar dokumen, tapi rahasia besar negara?
Presiden—yang selalu terlihat santai—barangkali satu-satunya orang yang gelisah dalam diam.
Sebab ia tahu, jika garis itu diterobos, bukan hanya jabatan yang akan terancam. Tapi seluruh narasi.
ARB, setelah dicopot, tidak meledak. Ia tidak membuat panggung perlawanan.
Ia justru berjalan keluar dengan tenang—dan sejarah, seperti biasa, mencatat yang tenang lebih dalam daripada yang gaduh.
Kini kita tahu: prerogatif bisa dipakai untuk melindungi kekuasaan. Tapi ia juga meninggalkan jejak.
Dan jejak itu, seperti bara yang tertanam dalam abu, akan menyala lagi ketika angin datang dari arah yang tak diduga.
Anies disingkirkan karena ia mungkin terlalu dekat dengan kebenaran yang tidak boleh dibuka.
Sebuah kebenaran yang tidak ada di dalam ruang rapat, tapi terkunci di balik satu lembar kertas: ijazah yang hingga hari ini belum bisa dibuktikan asal-usulnya secara tuntas.
Dan hari ini, yang dulu disingkirkan, justru menjadi simbol harapan.
Sementara mereka yang dulu tertawa atas pencopotannya, mulai menggigit kuku sendiri.
Ironi, seperti biasa, tidak datang dengan sirine. Ia datang sebagai bisik.
Dan sejarah tahu bagaimana mengubah bisik menjadi gema.
👇👇
Pantes Mulkadas dendam kesumat... pic.twitter.com/1VOhZdbcvl
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur