Dedi Mulyadi Kuliti Anggaran Jabar Era Gubernur Sebelumnya: Pembangunan Tertinggal 20 Tahun!

- Jumat, 15 Agustus 2025 | 07:55 WIB
Dedi Mulyadi Kuliti Anggaran Jabar Era Gubernur Sebelumnya: Pembangunan Tertinggal 20 Tahun!


Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melontarkan kritik tajam yang menyasar langsung tata kelola anggaran pada masa pemerintahan sebelumnya.

Dalam sebuah diskusi panas di podcast Akbar Faizal Uncensored, Dedi menyebut alokasi anggaran yang tidak efektif telah membuat pembangunan di Tanah Pasundan mengalami kemunduran hingga 20 tahun.

Pria yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini membongkar sejumlah data yang menurutnya menjadi biang keladi keterlambatan pembangunan.

Salah satu sorotan utamanya adalah pada sektor pendidikan. Ia mengungkap adanya ketimpangan alokasi yang mencengangkan.

"Anggaran pendidikan kita 12 triliun, tetapi 730 miliar untuk IT, pembangunan ruang kelas cuma 50 miliar," ungkap Dedi Mulyadi dalam podcast tersebut.

Menurutnya, kebijakan ini berdampak langsung pada minimnya pembangunan infrastruktur pendidikan dasar.

Ia mencontohkan, akibat dari kebijakan tersebut, penambahan SMA baru di seluruh Jawa Barat pada masa sebelumnya rata-rata hanya satu sekolah per tahun. Angka yang sangat ironis untuk provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.

Kondisi ini diperparah dengan temuan Dedi Mulyadi mengenai adanya 3.333 ruang kelas yang rusak di seluruh Jabar.

Sebagai respons, pemerintahannya kini mengalokasikan Rp1,2 triliun untuk pembangunan sekolah dan ruang kelas baru pada tahun 2025, angka yang melonjak 20 kali lipat dibanding era Ridwan Kamil yang hanya sekitar Rp60 miliar.

"Makanya kenapa beli TIK, sakola na arek rugrug (sekolahnya sudah mau roboh)," sindirnya.

Dana Hibah Fantastis dan Infrastruktur Minim

Tak hanya pendidikan, Dedi juga menyoroti penggunaan dana hibah yang pernah mencapai angka fantastis hingga Rp12 triliun.

Menurutnya, penyaluran dana tersebut sarat dengan kepentingan dan seringkali tidak tepat sasaran, lebih berdasarkan akses politik ketimbang kebutuhan riil publik.

Sejumlah pihak bahkan menyoroti sulitnya mengakses dana hibah bagi pesantren di era Ridwan Kamil jika tidak memiliki koneksi politik.

"Audit BPK atau BPKP itu seharusnya tidak hanya bersifat administratif tetapi juga melihat outcome dan benefit anggaran untuk publik," tegas Dedi Mulyadi.

Kritik pedas juga diarahkan pada minimnya anggaran untuk infrastruktur vital.

Ia membeberkan bahwa alokasi untuk perbaikan jalan sebelumnya hanya berkisar Rp400-an miliar, anggaran listrik sekitar Rp10 miliar, dan anggaran untuk rumah rakyat miskin hanya puluhan miliar.

Angka-angka ini, menurutnya, menunjukkan adanya ketidaksesuaian prioritas dalam penyusunan anggaran.

Menyikapi warisan masalah tersebut, Dedi kini mengambil langkah drastis dengan merombak struktur anggaran. Ia mengklaim telah menaikkan alokasi perbaikan jalan menjadi Rp2,4 triliun.

Langkah ini diambil sebagai bagian dari ambisinya untuk mengejar ketertinggalan dan menyelesaikan masalah-masalah mendasar seperti ketersediaan ruang kelas, listrik, dan jalan yang mulus di sisa masa jabatannya.

"Jawa Barat itu mengalami keterlambatan sekitar 20 tahun akibat pemerintahan yang tidak efektif sebelumnya," pungkasnya.

Tekadnya kini adalah menjadikan Jawa Barat sebagai episentrum pembangunan nasional.

Sumber: suara
Foto: Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi di Podcast Akbar Faizal Uncensored. [YouTube]

Komentar