Proyek Warisan Jokowi Kereta Cepat Whoosh Tekor Rp5,8 Triliun, Dirut KAI: Ini Bom Waktu!

- Jumat, 22 Agustus 2025 | 15:50 WIB
Proyek Warisan Jokowi Kereta Cepat Whoosh Tekor Rp5,8 Triliun, Dirut KAI: Ini Bom Waktu!




POLHUKAM.ID - Operasional kereta cepat "Whoosh" terus mengalami kerugian hingga mencapai Rp5,8 trilliun sejak 2024 hingga semester I 2025. 


Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI), Bobby Rasyidin yang baru menjabat per 12 Agustus 2025 menyebut Whoosh sebagai bom waktu.


Dalam Laporan Keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) per 30 Juni 2025 (unaudited), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PT PSBI sebagai entitas anak usaha KAI, mencatat kerugian hingga Rp4,195 triliun pada 2024. 


Kerugian terus berlanjut di hingga sepanjang semester I-2025, PSBI telah merugi Rp1,625 triliun.


PT PSBI merupakan pemegang saham mayoritas di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). 


Kerugian yang diderita KCIC, termasuk pembayaran utang, harus ditanggung PSBI sebagai pemegang saham.


PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI meminta BPI Danantara menyelamatkan kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). 


Perusahaan yang mengoperasikan kereta cepat "Whoosh" dengan rute Jakarta-Bandung ini menanggung beban utang jumbo.


Bobby Rasyidin mengaku sedang mempelajari berbagai kendala perseroan, termasuk proyek Kereta Cepat Whoosh yang disebutnya sebagai "bom waktu".


"Kami dalami juga masalah KCIC seperti yang disampaikan tadi memang ini bom waktu," kata Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Rabu (20/8/2025).


Utang dan Kerugian Terus Membengkak


Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Emarini menilai kinerja KAI seharusnya tergolong moncer. 


Namun, BUMN ini terbelit utang kereta cepat Whoosh yang belum terselesaikan, sehingga terus mengalami defisit.


Pandangan serupa disampaikan anggota Komisi VI DPR lainnya, Darmadi Durianto yang menilai kerugian PT KAI dalam kurun waktu 2 tahun cukup besar. Apalagi, KAI turut menanggung beban proyek kereta cepat.


"Kalau dihitung 2025, beban keuangan dan kerugian KCIC bisa capai Rp4 triliun lebih. Dari beban KCIC sendiri sudah Rp950 miliar, dikalikan dua sudah Rp4 triliun lebih,” katanya.


Proyeksi Darmadi, jika utang KAI tak juga dilunasi, maka utang KAI bisa menumpuk pada tahun 2026 mencapai Rp6 triliun.


Politikus PDIP, Rieke Diah Pitaloka, menyebut PT KAI sudah menyuntikkan modal Rp7,7 triliun ke PT PSBI pada awal 2025 untuk KCIC.


Kerugian terbesar PT PSBI pada 2024, tercatat lebih dari Rp4 triliun. Kerugian ini kemudian diatribusikan ke empat BUMN yang menjadi pemegang saham PT PSBI.


"Termasuk dalam proyek strategis nasional, menghabiskan investasi sebesar 7,2 miliar dollar AS atau setara Rp116 triliun. Kerugian semester I-2025, mohon saling cek pada datanya, mencatat kerugian Rp1,65 triliun dari investasi di PSBI. KAI kerugiannya sebesar itu, kemudian selama tahun 2024 kerugian sebesar Rp4,195 triliun," jelasnya.


Adapun, politikus PDIP lainnya, Mufti Anam, menyarankan agar manajemen KAI tidak hanya menunggu bantuan dari Danantara. 


Ia meminta Dirut KAI mengambil langkah konkret dalam membayar utang KCIC sehingga persoalan ini bisa ditangani secara mandiri.


“Kami minta roadmap kereta Whoosh, bapak harus menguasai itu kalau tidak utang yang menjadi beban KAI akan besar. Kalau hanya mengandalkan Danantara untuk menyelesaikan utang ini, juga tidak baik karena ini kan akibat salah kebijakan, kemudian menjadi utang,” katanya.


Proyek Utang Warisan Jokowi


Proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta–Bandung dibangun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 


Jokowi meresmikannya pada 2 Oktober 2023. KCIC mulai beroperasi secara komersial dengan nama Whoosh sejak 17 Oktober 2023.


Awalnya proyek ini diperkirakan menelan biaya USD6,02 miliar. Dalam perjalanannya terjadi cost overrun atau pembengkakan menjadi USD7,22 miliar.


Dari total biaya pengemban, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank atau senilai US$ 5,415 miliar. 


Dengan bunga tahunan utang pokok 2 persen dan bunga untuk cost overrun 3,4 persen per tahun, KCIC harus membayar US$ 120,9 juta per tahun.


Komposisi Pemegang Saham


PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merupakan perusahaan patungan yang terdiri dari dua konsorsium yakni, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PT PSBI dan China Railway.


PT PSBI sebagai perwakilan Indonesia memegang 60 persen saham KCIC, sedangkan 40 persen sisanya dikuasai konsorsium China.


PT PSBI merupakan pemegang saham mayoritas di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). 


Perusahaan ini entitas anak usaha perusahaan BUMN, PT KAI (Persero).


Pemegang saham lain di PT PSBI adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA dengan kepemilikan saham 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.


Sementara pihak China, bergabung lima perusahaan dalam konsorsium China Railway meliputi China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, serta China Railway Signal and Communication Corp.


Dua konsorsium dari masing-masing negara, China Railway dan PT PSBI, kemudian membentuk PT KCIC.


Dua konsorsium yang membangun jaringan kereta cepat Whoosh ini terus menderita kerugian jumbo, termasuk pembayaran utang yang harus ditanggung PSBI sebagai pemegang saham.


Sumber: Fajar

Komentar