Kudeta Yang Gagal: 'Geng Solo Jokowi vs Prabowo Subianto'
Oleh: Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa
Fokus 1
Dalam panggung politik Indonesia, drama kekuasaan seakan tidak pernah usai.
Ketika Prabowo Subianto resmi naik tahta sebagai Presiden Republik Indonesia, banyak yang mengira gelombang politik telah mencapai puncaknya.
Namun, seperti dalam lakon wayang Jawa, dalang tak pernah benar-benar berhenti memainkan tokoh-tokoh politik yang ada di panggung.
Di balik layar, muncul isu yang beredar: “kudeta senyap” yang dirancang Genk Solo Jokowi Cs terhadap Prabowo Subianto.
Fenomena ini bukanlah kisah fiksi murahan, melainkan refleksi dari pertarungan kepentingan yang begitu telanjang.
Jokowi, dengan jaringan “Genk Solo”-nya yang terdiri dari loyalis politik, oligarki bisnis, hingga para penunggang gelombang “relawan setia”, disebut masih ingin menjaga cengkeramannya di kursi kekuasaan.
Bagi mereka, naiknya Prabowo bukan akhir cerita, melainkan ancaman yang harus dikendalikan.
Fokus 2
Namun, ibarat pemain catur yang salah langkah, rencana itu justru lebih mirip kudeta gagal.
Mengapa?
1. Basis Legitimasi Prabowo Kuat – Berbeda dengan bayangan sebagian orang, Prabowo bukanlah presiden boneka yang hanya menjalankan titah pendahulunya. Suara rakyat, dukungan militer senior, hingga simpati kaum nasionalis membuat posisinya jauh lebih kokoh.
2. Genk Solo Retak dari Dalam – Koalisi Jokowi sendiri mulai terpecah. Ada yang ingin tetap dekat dengan Prabowo demi selamat, ada pula yang nekad mendorong agenda sendiri. Kudeta politik tanpa kesolidan ibarat kapal karam sebelum berlayar.
3. Oligarki Mulai Hitung Ulang – Para taipan yang selama era Jokowi hidup nyaman, kini sadar bahwa Prabowo tidak bisa begitu saja ditekan. Mereka pragmatis, ikut siapa yang sedang berkuasa.
Fokus 3
Yang menarik, kudeta ini tidak menggunakan tank atau pasukan bersenjata.
Bentuknya jauh lebih halus, propaganda media, framing politik, penguasaan parlemen, hingga manuver hukum.
Semua diarahkan untuk menciptakan citra bahwa Prabowo lemah, mudah dikendalikan, bahkan rentan dijatuhkan.
Tetapi upaya itu justru berbalik, publik makin sadar bahwa ada tangan-tangan tersembunyi yang ingin terus mempermainkan negeri ini.
Fokus 4
Kini, narasi besar yang muncul adalah, Prabowo harus melawan bukan hanya lawan politik, tapi juga bayangan sang pendahulu.
Kudeta yang gagal itu menjadi peringatan keras bahwa kursi RI-1 bukan sekadar simbol, tapi arena pertarungan ideologi, bisnis, dan gengsi personal.
Fokus 5
Jika Prabowo bertahan, maka sejarah akan mencatat bahwa ia bukan hanya Presiden, tapi juga tokoh yang berhasil keluar dari jebakan “politik sandera” yang dipasang Genk Solo.
Jika lengah, bisa jadi cerita 1998 terulang, ditikam oleh intrik internal dan digulingkan oleh manuver kekuasaan. ***
Artikel Terkait
Percakapan Dalam Rantis yang Melindas Affan, Kompol Cosmas Sebut Hanya Jalankan Perintah
Bertemu Tokoh Lintas Profesi, Puan Pastikan Tidak Ada Kenaikan Gaji DPR
Jadi Tersangka Korupsi Laptop, Nadiem Makarim Langsung Ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejagung
Bayangan Jokowi di Balik Kasus Nadiem Makarim