Sedangkan Belanja hanya mencapai 94,75 persen, artinya defisit lebih rendah dari yang direncanakan.
Namun, kala itu terjadi penarikan utang tidak dikurangi, sehingga jauh melampaui defisit. Pembiayaan utang (penarikan dikurangi pelunasan) mencapai Rp1.229,63 triliun.
Padahal, defisit hanya Rp947,70 triliun. Akibatnya SiLPA melonjak drastis, mencapai Rp245,60 triliun.
Pada 2021, realisasi Pendapatan bahkan melampaui target hingga mencapai 114,78 persen.
Belanja pun melampaui target, namun hanya 101,32 persen. Defisit menjadi lebih rendah dari yang direncanakan.
Penarikan utang besar-besaran tetap dilakukan sehingga pembiayaan utang mencapai Rp870,54 triliun.
Melampaui defisit yang sebesar Rp775,06 triliun. Nilai SiLPA pun mencapai Rp96,66 triliun.
Kinerja serupa terulang pada 2022, realisasi pendapatan mencapai 116,31 persen dan belanja 99,67 persen.
Pembiayaan utang sebesar Rp696,02 triliun, jauh melampaui defisit sebesar Rp460,42 triliun. Sehingga, SiLPA kembali melonjak menjadi Rp130,56 triliun.
Kinerja SiLPA bisa dikatakan kembali normal pada tahun 2023 dan 2024. Masing-masing sebesar Rp19,38 triliun dan Rp45,7 triliun.
Sejalan dengan besaran pembiayaan utang yang tidak terlampau jauh berbeda dengan defisit.
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur