"Selama kesadaran masyarakat tidak ada, masalah ini [pembajakan buku] akan terus ada," tandasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Chief Jakarta Book City Laura Bangun Prinsloo. Dia menyebut edukasi juga merupakan aspek penting yang perlu digencarkan selain tentang regulasi yang mengatur tentang aktivitas pembajakan buku.
"Misalnya diĀ marketplace, pembeli pasti akan memilih yang lebih murah. Masalahnya, terkadang orang mengira produk itu cetak ulang, padahal bukan. Ini yang penting untuk bagaimana caranya mengedukasi publik," terang Laura.
Meski bukan perkara yang mudah, Laura menyatakan akan terus menggaungkan kampanye menentang pembajakan buku, termasuk melalui pembahasan pada IPA World Congress November mendatang.
"Memang bukan suatu hal yang gampang, tapi ini menjadi salah satu topik dalam pembahasan IPA Congress. Bagaimana kita bisa belajar menangani problem ini dari negara-negara lain," pungkasnya.
Sumber: bali.jpnn.com
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur