polhukam.id - Dinkes Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, mencatat bahwa jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di wilayah tersebut telah mencapai 2.900 orang sejak tahun 2020 hingga saat ini.
Dokter Zaini Rizaldy, Kepala Dinkes Pekanbaru, menyampaikan pada hari Kamis bahwa pihaknya terus memantau perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS, yang terus mengalami peningkatan setiap bulan. Menariknya, kelompok dengan angka tertinggi penderita HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga.
"Dari data yang diperoleh, ibu rumah tangga paling banyak terpapar HIV/AIDS," kata Dokter Bob, sapaan akrabnya.
Baca Juga: 964 Personel Diterjunkan di Jakarta Barat Jaga Pengamanan Tahun Baru
Oleh sebab itu, menurutnya penanggulangan HIV/AIDS tak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah. Tapi harus melibatkan seluruh sektor pemangku kepentingan.
Menurut dia, Dinkes sudah mengajak kelurahan menggunakan dana kelurahan untuk program penanggulangan HIV/AIDS.
"Anggaran Dinkes masih kurang karena keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah," ungkap Dokter Bob.
Apalagi, program kesehatan yang dijalankan cukup banyak ditambah lagi harus memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Kemudian selain mengatasi penyakit yang sudah ada, Dinkes juga mengantisipasi penyakit baru yang timbul.
Namun begitu, pihaknya tetap menyediakan layanan kesehatan untuk penanggulangan HIV/AIDS termasuk pengobatan. Layanan itu tersedia di rumah sakit maupun pusat kesehatan masyarakat.
"Upaya pencegahan patut terus kita dorong dengan ketahanan keluarga, karena melalui ketahanan keluarga diharapkan masyarakat dapat saling menjaga agar terhindar dari HIV dan AIDS," ajaknya.***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bicaranetwork.com
Artikel Terkait
Heboh Praktek Jual Beli Ijazah, Bayar Rp32 Juta Bisa Terdaftar di Kemendikti
Presiden Iran: Israel Akan Serang Negara Muslim Satu per Satu
Penampakan Wajah Jokowi Sekarang Beraura Gelap, Netizen Malah Sebut Kualat
Waduh! Wakil Ketua DPR RI Geram dan Walk Out dari Acara Pelantikan Rektor UPI, Ada Penghinaan Bahasa?