Prabowo Tak Masuk Daftar SBY: Sekadar Lupa atau Ada Makna?

- Kamis, 27 Februari 2025 | 13:15 WIB
Prabowo Tak Masuk Daftar SBY: Sekadar Lupa atau Ada Makna?


Bisa jadi ini hanyalah kebetulan, tetapi bisa juga menjadi sinyal politik yang lebih dalam. 


Apakah ini bentuk sindiran halus bahwa pemimpin Indonesia saat ini belum mencapai level pengaruh yang layak diperhitungkan di panggung dunia? 


Ataukah ini sekadar refleksi dari nostalgia SBY akan masa kejayaannya saat ia masih sering berjabat tangan dengan para pemimpin dunia?


Lebih lanjut, SBY juga membagikan kisah heroiknya tentang bagaimana ia diundang oleh George W. Bush untuk bergabung dalam G20. 


Seolah-olah ini adalah sebuah pengakuan global terhadap dirinya secara pribadi, bukan terhadap negara yang ia pimpin. 


“Saya di Jakarta, diminta pandangan saya tentang G20,” katanya dengan bangga. 


Sebuah cara diplomatis untuk menyatakan bahwa ia adalah bagian penting dari percaturan politik dunia—walaupun kita tahu bahwa undangan tersebut ditujukan kepada Indonesia, bukan kepada individu tertentu.


Pernyataan SBY ini lebih mirip dengan sebuah pidato nostalgia ketimbang analisis politik serius. 


Ia mengingat kembali masa-masa ketika ia berada di puncak kekuasaan, ketika dunia masih menghormatinya, ketika ia masih bisa bercanda dengan pemimpin dunia dalam pertemuan G20. Beautiful years, katanya. 


Dan mungkin, itulah esensi dari semua ini: sebuah kerinduan akan masa lalu yang indah, ketika ia merasa relevan dan dihormati.


Namun, dunia telah berubah. Xi Jinping, Putin, dan Trump—bahkan Trump sendiri sudah bukan presiden—telah bergerak dengan agenda baru mereka. Indonesia pun memiliki pemimpin baru dengan tantangan yang berbeda. 


SBY boleh bernostalgia, tetapi pertanyaannya tetap sama: di mana relevansi dari semua ini bagi rakyat Indonesia hari ini? ***



Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar

Terpopuler