Penjara Sosial Jokowi: Hukuman Yang Menyiksa Dirinya

- Minggu, 16 Maret 2025 | 15:05 WIB
Penjara Sosial Jokowi: Hukuman Yang Menyiksa Dirinya

Jokowi mungkin masih memiliki kekuasaan secara struktural, tetapi dalam hati rakyat, ia telah menjadi pemimpin yang kehilangan legitimasi moral. 


Seperti yang dikatakan Abraham Lincoln, “You can fool all the people some of the time, and some of the people all the time, but you cannot fool all the people all the time.” (“Kamu bisa menipu semua orang dalam beberapa waktu, dan sebagian orang sepanjang waktu, tetapi kamu tidak bisa menipu semua orang sepanjang waktu.”)


Siksaan Batin yang Tak Terelakkan

Sebagai manusia, sangat sulit untuk membayangkan bahwa Jokowi tidak merasakan dampak psikologis dari situasi ini.


Kritik yang bertubi-tubi, tuduhan yang terus menerus muncul, serta keengganan publik untuk mempercayainya tentu memberikan tekanan batin yang besar. 


Jika seseorang memiliki hati nurani, kecaman yang tiada henti bisa menjadi beban mental yang luar biasa berat. 


Bahkan, bagi sebagian orang, tekanan sosial seperti ini lebih menyakitkan daripada hukuman fisik.


Namun, apakah Jokowi benar-benar merasakan penderitaan batin akibat situasi ini? 


Itu tergantung pada bagaimana ia memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia menginternalisasi semua kritik tersebut. 


Jika ia memiliki kesadaran moral yang tinggi, maka setiap tuduhan kebohongan dan pengkhianatan rakyat akan menjadi duri dalam daging yang terus menyiksa. 


Sebaliknya, jika ia telah membangun tembok tebal yang membuatnya kebal terhadap kritik, maka penjara sosial ini mungkin tidak terlalu berdampak baginya.


Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.” (“Cara terbaik untuk menemukan dirimu adalah dengan mengabdikan diri kepada orang lain.”) 


Jika Jokowi benar-benar melayani rakyat dengan tulus, ia tidak akan mengalami kecaman sebesar ini.


Akhir dari Narasi Kekuasaan

Sejarah mencatat bahwa pemimpin yang kehilangan kepercayaan rakyat pada akhirnya akan menghadapi konsekuensi yang berat, baik secara politik maupun sosial. 


Mungkin saat ini Jokowi masih bisa berlindung di balik kekuasaan dan jejaring politiknya, tetapi waktu akan berbicara. 


Ketika masa jabatannya berakhir, ketika kekuatan politiknya memudar, dan ketika sejarah mulai menilai kepemimpinannya dengan lebih objektif, penjara sosial ini akan semakin terasa nyata.


Pada akhirnya, setiap pemimpin akan dikenang bukan hanya karena apa yang mereka bangun secara fisik, tetapi juga karena bagaimana mereka memimpin dengan integritas. 


Bagi Jokowi, mungkin saat ini ia bisa mengabaikan suara-suara rakyat yang kecewa. 


Namun, dalam hati nurani yang paling dalam, bisakah ia benar-benar lepas dari siksaan batin yang disebabkan oleh pengkhianatan terhadap kepercayaan rakyat?


Waktu akan menjadi hakim yang adil, dan sejarah akan mencatat apakah Jokowi benar-benar seorang pemimpin yang membawa perubahan atau sekadar penguasa yang terperangkap dalam penjara sosial yang ia ciptakan sendiri. 


***


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar

Terpopuler