Seperti penerimaan pajak anjlok lebih dari 30 persen dalam dua bulan pertama tahun 2024.
Selain itu juga ada kemungkinan shortfall mencapai 0,5 persen dari PDB, dengan tax ratio turun menjadi 9,1-9,5 persen.
"Asumsi kurs rupiah yang meleset jauh, dari Rp15.000 per dolar AS menjadi Rp16.500 per dolar AS, dengan tren melemah yang terus berlanjut," tukasnya.
Anthony juga mengatakan bahwa terdapat beban bunga utang yang semakin besar, dengan rasio beban bunga terhadap penerimaan pajak naik dari 11,6 persen (2014) menjadi 23,6 persen (2024), dan diperkirakan mencapai lebih dari 25 persen pada 2025.
"Beban bunga utang yang tinggi membatasi kemampuan belanja pemerintah dan berdampak negatif terhadap ekonomi," ujar Anthony.
Anthony mempertanyakan alasan Sri Mulyani tetap dipertahankan sebagai Menteri Keuangan meskipun bukti kegagalannya sudah jelas.
"Ada pihak yang berpendapat sulit mencari pengganti Sri Mulyani. Pendapat seperti ini sangat menghina bangsa Indonesia," tandasnya.
Anthony bilang, Presiden Prabowo mestinya mempertimbangkan sosok lain, seperti Fuad Bawazier, mantan Menteri Keuangan yang memiliki pengetahuan luas dan dianggap lebih kompeten.
"Semoga Presiden Prabowo segera menyelamatkan ekonomi dan fiskal Indonesia dengan mengganti nakhoda di Kementerian Keuangan. Jangan sampai kerusakan fiskal semakin dalam dan parah," kuncinya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur