Ataukah ia hanya sekadar sosok yang hadir sebagai bagian dari skenario politik dinasti yang semakin menguat di Indonesia?
Salah satu cara menilai efektivitas seorang pemimpin adalah dengan melihat keterbukaannya terhadap publik.
Dalam era digital saat ini, komunikasi dengan rakyat menjadi salah satu parameter penting untuk menilai kepemimpinan.
Gibran, dalam salah satu pemberitaan, dikatakan memiliki nomor WhatsApp khusus untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Namun, pengalaman nyata dari beberapa orang menunjukkan bahwa komunikasi ini tidak berjalan efektif.
Dari sekian banyak pesan yang dikirim, hanya satu yang mendapat respons—dan itupun diragukan apakah benar-benar dijawab langsung oleh Gibran atau oleh sistem otomatis.
Apakah ini pertanda bahwa keterlibatan langsungnya dalam dinamika kenegaraan hanya sebatas simbolis?
Di luar isu komunikasi, tantangan terbesar Gibran adalah membuktikan bahwa dirinya memiliki kapasitas kepemimpinan yang nyata.
Seorang wakil presiden, meski sering berada di bayang-bayang presiden, tetap memiliki peran strategis dalam pemerintahan.
Jika ia hanya menjadi figur seremonial tanpa kontribusi substantif, maka wacana bahwa ia hanya sekadar “ban serep” akan semakin sulit ditepis.
Pada akhirnya, publik berhak untuk mempertanyakan dan menilai peran serta kualitas seorang pemimpin, terlebih ketika ia berada di posisi strategis dalam pemerintahan.
Sejarah akan mencatat apakah Gibran mampu meninggalkan legasi yang berarti atau hanya sekadar nama dalam daftar panjang wakil presiden yang hadir tanpa jejak yang signifikan. Dan sampai saat ini, pertanyaan tersebut masih menggantung tanpa jawaban yang jelas.
***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur