POLHUKAM.ID - Raja Ampat, kawasan bahari yang sering dijuluki sebagai “surga terakhir” Indonesia, kini tengah berada di ujung tanduk.
Bukan oleh badai atau bencana alam, melainkan oleh penetrasi tambang nikel di bawah naungan dua perusahaan besar: PT GAG Nikel dan PT Kawei Sejahtera Mining.
Keduanya menjadi sorotan setelah Greenpeace Indonesia mengungkap bahaya aktivitas tambang di wilayah tersebut melalui media sosial.
Dalam unggahan di akun @GreenpeaceID, dinyatakan bahwa Raja Ampat kini terancam oleh kerakusan industri nikel dan proyek hilirisasi yang didorong negara.
Greenpeace bukan satu-satunya yang bersuara. Akun @intinyadeh juga menyebut bahwa dua pulau penting — Pulau Kawe dan Pulau Gag — kini hampir seluruhnya telah dikapling oleh konsesi tambang.
Bahkan, kawasan konservasi penyu di Pulau Gag pun tak luput dari ekspansi industri.
PT GAG Nikel diketahui merupakan anak usaha BUMN PT Aneka Tambang (Antam). Artinya, proyeknya memiliki legalitas dan dukungan negara.
Namun yang lebih menarik perhatian publik adalah PT Kawei Sejahtera Mining — perusahaan swasta yang mengantongi IUP nomor 290 Tahun 2013.
Data dari akta notaris yang ditelusuri oleh CERI (Center of Energy and Resources Indonesia mengungkap bahwa nama Freddy Numberi, mantan Menteri Kelautan dan Gubernur Irian Jaya, menjabat sebagai Direktur Utama perusahaan tersebut.
Tidak berhenti di situ, nama Nono Sampono — mantan Wakil Ketua DPD RI dan eks Komandan Korps Marinir — juga tercatat sebagai Komisaris Utama.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur