Namun benang merah sesungguhnya mengarah pada sosok Aguan, taipan properti pemilik Agung Sedayu Group dan otak di balik megaproyek PIK 2.
Nama tangan kanannya, Ali Hanafiah Lijaya, juga muncul dalam jajaran komisaris Kawei Sejahtera Mining.
Bahkan, Nono Sampono sendiri merupakan Direktur Utama Agung Sedayu Group, memperkuat dugaan bahwa proyek ini tak bisa dilepaskan dari jejaring bisnis Aguan.
Dampak kerusakan lingkungan dari tambang nikel bukan sekadar teori. Mantan pejabat Kementerian ESDM, Mangantar Marpaung, menjelaskan bahwa metode tambang terbuka (open pit) yang dipakai di Indonesia sangat rentan merusak lingkungan.
Curah hujan tinggi membuat tanah liat laterit mudah larut menjadi lumpur, mencemari aliran sungai dan laut.
Akibatnya, kadar Total Suspended Solid (TSS) meningkat drastis, menyebabkan air keruh dan mematikan terumbu karang serta biota laut pesisir.
Ironisnya, wilayah yang kini ditambang itu sebelumnya pernah ditetapkan UNESCO sebagai bagian dari kawasan konservasi terumbu karang dalam inisiatif Coral Triangle pada 2008. Namun kepentingan bisnis nyatanya melampaui komitmen internasional.
👇👇
TAGS
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur