Cuplikan rekaman tersebut juga memperlihatkan Abdul Mu'ti menyinggung salah satu gejala yang membuat manusia tidak cerdas menurut Franklin Foer.
"Foer menyebut ada dua gejala yang membuat kenapa manusia tidak cerdas. Yang pertama adalah ada yang disebut dengan virality virus atau virus viralitas di man orang itu ingin supaya viral, ingin supaya dia menjadi terkenal. Dalam konteks ini, Twenge menyebut istilah yang disebut dengan narcissism epidemic atau penyakit narsisme di mana orang dikit-dikit upload, upload kok dikit-dikit, kira-kira begitu," sambungnya lagi.
👇👇
Wapres nya mendorong pembelajaran AI di sekolah
Menteri pendidikan dasar dan menengah nya justru bilang,
AI tidak membuat manusia menjadi cerdas tapi menjadi culas
Wapres nya bener2 gak di anggap, buktinya mereka gak sejalan 🤣 pic.twitter.com/UHWvqgLd4X
Unggahan yang disukai sebanyak lebih dari 4.100 kali oleh sesama pengguna X itu pun menuai beragam tanggapan.
Pemilik akun menyoroti pernyataan Abdul Mu'ti dan membandingkannya dengan ucapan Gibran Rakabuming.
"Wapresnya mendorong pembelajaran AI di sekolah. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengahnya justru bilang AI tidak membuat manusia menjadi cerdas tapi menjadi culas. Wapresnya bener-bener nggak dianggap, buktinya mereka nggak sejalan," cuit pemilik akun tersebut.
Sejumlah warganet merasa setuju dengan Abdul Mu'ti karena menilai teknologi kecerdasan buatan akan membuat manusia menjadi malas berpikir.
"Lha emang yang demen ngomong AI AI dan coding itu cuma foto biar kayak anak-anak generasi digital. Ngomong tanpa riset, tanpa baca buku (emang dasarnya nggak suka), hanya biar kelihatan techy. Konon buat mewakili anak-anak muda," tulis @wong_******
"Menteri yang ingin rakyat pintar, penjelasannya benar. Kalau belajar ke AI sejak dini versi Wapres, rakyat akan dijaga bodoh. Itu yang disukainya. AI itu karya manusia. Kecerdasan bukan sebatas belajar ilmu, tapi bangun karakter jujur, ulet, kritis, analitis, ilmiah, tangguh, cerdas," komentar @syof*******
"Kata-kata dia nggak salah, AI lama-lama akan menjadi pembantu dibandingkan solution helper," tambah @alif********
"Saya lebih setuju dengan menterinya. AI tidak layak masuk ke sekolah, hanya boleh diterapkan di luar sekolah," timpal @ach*****
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur