Perusahaan ini bergerak di bidang properti, perhotelan, perbankan, hingga agribisnis.
Tomy Winata dikenal sebagai salah satu pengusaha besar di Indonesia.
Dia termasuk dalam jajaran Sembilan Naga Indonesia, yaitu sembilan pengusaha besar keturunan Tionghoa di Indonesia yang dianggap berpengaruh besar terhadap perekonomian negara lewat bisnis-bisnisnya.
Tomy Winata alias Oe Suat Hong merupakan pengusaha sukses di Indonesia yang menjalankan beberapa bisnis di bidang properti, bank, dan konstruksi.
Salah satu bisnisnya yang paling terkenal adalah Artha Graha Group, perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan perbankan.
Selain itu, konglomerat kelahiran 23 Juli 1958 ini juga memiliki beberapa bisnis lain yang menjadi sumber penghasilannya sampai sekarang.
Saat ini, kekayaan Tomy ditaksir sekitar Rp12 triliun.
Latar belakang Tomy Winata
Berdasarkan penelusuran, latar belakang Tomy Winata berkembang menjadi salah satu versi.
Berdasarkan buku How Asia Works: Keberhasilan dan Kegagalan di Kawasan Paling Dinamis di Dunia (2013) karya Joe Studwell, Tomy Winata disebut mempunya ayah yang bekerja membangun barak Angkatan Darat.
Namun, pria itu lebih suka mengatakan memulai karier dengan menjual es loli dan mencuci mobil.
Menurut buku Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008) karya Sam Setyautama, Tomy Winata mempunyai ayah angkat seorang kepala desa di Takokak, Sukabumi, Jawa Barat bernama Bisri Artawinata.
Mendirikan Artha Graha Group Pada 1988, Tomy Winata menggandeng Yayasan Kartika Eka Paksi untuk mulai membangun Artha Graha Group.
Mereka mengakuisisi dan merevitalisasi Bank Propelat hingga kemudian mengganti namanya menjadi Bank Artha Graha.
Pada 1997, Tomy Winata berusaha menyelamatkan masa sulit Bank Arta Pusara lewat cara bekerja sama dengan Bank Indonesia.
Selanjutnya, bank itu mengubah namanya menjadi Bank Arta Pratama.
Tak sampai di sana saja, Tomy Winata mengambil alih Bank Inter-Pacific yang melebarkan sayapnya di dunia perbankan.
Bukan hanya di bidang keuangan, pengusaha tersebut juga mengembangkan bisnis di berbagai bidang seperti properti.
Adapun perusahaan propertinya antara lain Jakarta International Hotels and Development, Hotel Borobudur, dan Danayasa Arhatama, yang kemudian berkembang menjadi proyek SCBD.
Sempat akan bangun Jembatan Selat Sunda Pada 2013 lalu, Artha Graha Group mendapatkan izin dari pemerintah untuk membangun Jembatan Selat Sunda (JSS).
Bahkan, pemerintah kabarnya telah menggelontorkan dana tak kurang dari Rp 10 triliun untuk mendukung wacana tersebut.
Namun, rencana itu batal seiring rencana JSS tidak masuk ke dalam penyusunan Rencana Jangka Menegnah Nasional atau RPJMN 2015-2015 di era pemerintahan Joko Widodo.
Mengenai batalnya pengembangan JSS ini, Tomy Winata selaku pemilik Artha Graha mengaku patuh pada keputusan pemerintah.
"Saya enggak ngerti. Tanya pemerintah dong. Jangan tanya saya. Saya kan patuh dan loyal, apa saja yang menyangkut keputusan pemerintah," ujar Tomy Winata dilansir dari Kompas.com, (30/6/2015).
Adapun alasan pemerintah membatalkan proyek tersebut karena keberadaan JSS bertentangan dengan visi kemaritiman kala itu.
Selain sebagai pengusaha, Tomy Winata juga dikenal dengan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Ia mendirikan Yayasan Artha Graha Peduli yang bergerak di bidang sosial, kemanusiaan dan lingkungan.
Salah satu fokus utama yayasan tersebut adalah upaya konservasi harimau Sumatera, spesies langka yang kini terancam punah.
Melalui berbagai program dan inisiatif, Tomy aktif mendorong pelindungan satwa endemik ini sebagai bagian dari kontribusinya terhadap keberlanjutan ekosistem Indonesia.
Sumber: Tribun
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara