Pengamat Yakin Jokowi Sedang Mempersiapkan Gibran Jadi Presiden RI 2029, Layak Kah?

- Rabu, 23 Juli 2025 | 13:10 WIB
Pengamat Yakin Jokowi Sedang Mempersiapkan Gibran Jadi Presiden RI 2029, Layak Kah?




POLHUKAM.ID - Isyarat kuat tentang langkah politik besar yang sedang disiapkan oleh Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), mulai terlihat jelas. 


Salah satu langkah yang paling mencolok adalah bagaimana Jokowi dinilai sedang membangun jalan politik bagi putranya, Gibran Rakabuming Raka, untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia pada tahun 2029.


Wakil Presiden Gibran saat ini masih menjalani tahun pertama masa jabatannya mendampingi Presiden Prabowo Subianto


Namun, sejumlah pengamat menilai bahwa kehadiran Gibran di posisi tersebut bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari proses sistematis yang diarahkan untuk membentuk figur nasional yang siap bertarung di Pilpres mendatang.


Salah satu yang angkat bicara secara kritis dan tajam adalah pengamat politik Muhammad Huda


Menurut Huda, ada berbagai indikator yang menunjukkan bahwa Jokowi secara sadar dan terencana sedang menyiapkan Gibran untuk menjadi calon Presiden RI 2029.


“Kalau kita cermati dinamika politik nasional dalam dua tahun terakhir, sejak Gibran maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo, semua langkah politik Jokowi sangat kalkulatif. 


Gibran bukan diposisikan sebagai pelengkap, tapi sebagai pemimpin masa depan. Itu strategi jangka panjang,” ujar Muhammad Huda dalam pernyataan kepada redaksi SuaraNasional, Rabu (23/7).


Menurut Huda, Jokowi tidak hanya ingin membangun dinasti politik dalam arti sempit, tetapi lebih pada membangun kesinambungan pengaruh politiknya pasca lengser dari kekuasaan formal.


“Ini bukan sekadar soal anak jadi presiden. Ini tentang keberlanjutan pengaruh politik Jokowi di panggung nasional. Gibran menjadi simbol keberlanjutan itu. Jokowi tahu bahwa politik Indonesia membutuhkan figur muda, enerjik, dan punya citra ‘bersih’. Di situlah Gibran disiapkan,” paparnya.


Langkah-langkah Jokowi yang disebut Huda sebagai “proyeksi kekuasaan jangka panjang” bisa dilihat dari bagaimana ia menjaga komunikasi politik dengan partai-partai besar, khususnya Golkar dan PAN, serta membangun relasi dengan elite-elite ormas besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.


Sejak dilantik sebagai Wakil Presiden pada Oktober 2024, Gibran kerap ditugaskan mewakili Presiden Prabowo dalam berbagai forum strategis, baik di dalam maupun luar negeri. 


Ia memimpin berbagai rapat lintas kementerian yang menyangkut program-program digitalisasi, ekonomi kreatif, dan inovasi industri. 


Menurut Huda, ini bukan hal biasa bagi seorang Wapres yang baru menjabat.


“Gibran diberi panggung luas, bahkan lebih luas dari wapres sebelumnya. Ini sangat penting untuk membangun citra kenegarawanan. 


Masyarakat tidak hanya mengenal Gibran sebagai anak Jokowi, tapi sebagai pemimpin nasional masa depan,” jelas Huda.


Bahkan, lanjut Huda, mesin-mesin politik pro-Jokowi seperti relawan, media sosial, hingga pengusaha nasional sudah mulai menggerakkan dukungan secara halus kepada Gibran. 


Hal ini bisa dilihat dari narasi-narasi politik di berbagai platform digital yang perlahan mendorong opini publik bahwa Gibran layak menjadi pemimpin nasional.


Meski begitu, Huda juga mengingatkan bahwa proses ini tidak mudah dan penuh tantangan. 


Gibran harus menghadapi persepsi negatif mengenai politik dinasti serta resistensi dari kelompok-kelompok politik yang menilai Jokowi terlalu dominan meskipun tidak lagi menjabat sebagai presiden.


“Isu dinasti politik bisa menjadi bumerang. Gibran harus membuktikan bahwa dia bukan hanya ‘putra Jokowi’, tapi pemimpin yang layak secara kapasitas, prestasi, dan integritas. Kalau tidak, dia akan terus dibayang-bayangi sentimen negatif ini,” terang Huda.


Selain itu, hubungan Jokowi dengan Prabowo juga menjadi sorotan. 


Bila tidak dikelola dengan baik, bisa terjadi friksi kekuasaan antara dua kutub: Jokowi-Gibran dan Prabowo yang mungkin masih punya preferensi sendiri untuk calon penerusnya.


Muhammad Huda menegaskan bahwa dalam politik, lima tahun bukan waktu yang panjang. 


Semua langkah menuju 2029 harus dimulai sejak sekarang. Dan menurutnya, Jokowi sudah jauh memulai.


“Publik boleh menilai masih terlalu dini bicara 2029, tapi para aktor politik tahu bahwa waktu lima tahun itu pendek. Mesin sudah bergerak, dan nama Gibran sudah masuk radar banyak pihak. Persiapannya berjalan secara sistematis dan terselubung,” tutupnya.


Dengan modal sebagai Wapres, figur muda yang bersih dari kasus korupsi, serta dukungan kuat dari sang ayah yang masih sangat berpengaruh, Gibran memang memiliki potensi besar untuk melanjutkan jejak politik keluarganya.


Namun, publik akan tetap menilai berdasarkan kinerja, bukan sekadar garis keturunan.


Sumber: SuaraNasional

Komentar